Laporan Wartawan Gridhot.ID, Angriawan Cahyo Pawenang
Gridhot.ID - Kasus tewasnya seorang remaja difable di Pontianak karena dikeroyok kawannya sendiri kini semakin panjang.
Sebelumnya diketahui seorang anak berkebutuhan khusus tewas dikeroyok kawannya di Pusat Layanan Anak Kota Pontianak.
Dikutip dari laporan Kompas TV melalui Youtube, korban dianiaya dua orang anak yang sedang berhadapan dengan hukum di Pusat Layanan Anak Terpadu.
Korban yang berinisial R (17) dianiaya hingga tewas gara-gara menolak saat disuruh memijat atau mengurut pelaku.
Kedua pelaku penganiayaan berinisial RD dan WR yang merupakan anak berhadapan dengan hukum.
Dikutip dari Kompas.com, korban sempat dibawa ke rumah sakit sebelum akhirnya meninggal dunia, Sabtu (27/7/2019) sekitar pukul 5.30 WIB.
Menurut Komisi Perlindungan dan Pengawasan Anak Daerah (KPPAD) Kalimantan Barat, korban adalah anak titipan Dinas Sosial Kota Pontianak dan bukan anak yang sedang dalam proses hukum untuk kasus apapun.
Setelah kejadian tersebut keluarga merasa tidak terima dengan kepergian anaknya.
Ali selaku orang tua angkat R menceritakan kalau awalnya korban meminta izin keluar rumah untuk membeli bakso namun tak kunjung kembali dan dinyatakan hilang hingga 7 hari lamanya.
"Saya pun cari sendiri dan menelepon Dinas Sosial Kota Pontianak. Soalnya dulu R juga pernah di sana. Ternyata benar, orang dinas bilang dia ada di PLAT," kata Ali, Senin (29/7/2019).
Mengetahui kabar tersebut, Ali merasa sedikit tenang dengan kabar tersebut karena merasa anak angkatnya ada di tangan yang aman.
Saat Ali mendatangu Pusat Layanan Anak tersebut, dirinya tiba-tiba mendapat kabar kalau korban masuk rumah sakit.
R disebut petugas mengalami demam setelah makan hingga mulutnya terkatup rapat.
"Yang saya heran, anak saya dibawa ke rumah sakit habis Isya. Tapi, tidak ada kabar sama sekali," ujar Ali.
Saat itu, petugas mengharuskan keluarga datang ke rumah sakit, namun diminta tak terkejut. Setelah ditanya lagi, petugas itu menjelaskan anaknya sudah meninggal dunia.
Ali tidak terima anaknya meninggal dunia di PLAT.
"Seharusnya, jika memang PLAT itu untuk tempat menampung para anak-anak, seharusnya dijaga dengan baik," ujar dia.
Pihak keluarga korban telah membuat laporan kepolisian dan menuding Dinas Sosial Kota Pontianak telah melakukan penculikan, penyekapan dan penyalahgunaan wewenang.
Namun Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono membantah kalau Pusat Layanan Anak Terpadu (PLAT) di kotanya memiliki fungsi yang buruk sehingga menyebabkan seorang anak meninggal dunia.
Menurutnya kondisi pusat layanan itu tidak berbahaya dan mengakui memang beberapa fasilitas perlu dibenahi.
PLAT sendiri memang diperuntukkan untuk anak yang bermasalah dan diamankan Satpol PP.
Baca Juga: Idap Tumor Otak Stadium 4, Agung Hercules Akui Tak Gengsi Manfaatkan Fasilitas BPJS
Menurut pantauan Kompas.com, kondisi gedung PLAT kota Pontianak nampak kurang layak.
Sejumlah kasur nampak lusuh dan berantakan, kamar-kamar menggunakan pintu dan teralis dari besi.
Bahkan di ruang isolasi tidak ada sirkulasi udara, banyak pula coretan di dinding yang salah satunya bertuliskan 'Apa Bedanya Sama Penjara'.
Baca Juga: Kisah Ashok Diwan, Sengaja Dibiarkan Tewas Demi Tutupi Malpraktik Rumah Sakit yang Merawatnya
Deputi Perlindungan Anak di Kementerian Pemberdayaan Anak dan Perempuan berencana akan meimta walikota Pontianak untuk membenahi pelayanan tersebut.
(*)