Laporan Wartawan Gridhot.ID, Angriawan Cahyo Pawenang
Gridhot.ID - Masih ingat kejadian terorisme yang terjadi di Poso, Sulawesi Tengah?
Kejadian terorisme tersebut di dalangi oleh kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT).
Sebelumnya kelompok tersebut dipimpin oleh Santoso yang kemudian tewas dieksekusi oleh polisi pada 2016 lalu.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, MIT dituding menjadi dalang kejahatan di sekitar Poso.
Diketahui MIT pernah membunuh dua orang warga karena korban tidak mau menyerahkan hasil kebunnya.
Kejadian tersebut terjadi pada Selasa (26/6/2019).
Meski sudah kehilangan sang pemimpin, MIT justrui kini mengangkat Ali Kalora sebagai ketua anggota tersebut.
Polisi masih kesulitan menangkap Ali Kalora, namun pihaknya berhasil menangkap istri pemimpin jaringan tersebut.
Tini Susanti Kaduku, istri Ali Kalora selaku pemimpin kelompok teroris MIT telah ditangkap pada Oktober 2016 lalu.
Tini ditangkap polisi saat sedang hamil besar dan divonis penjara karena terbukti melindugi suaminya.
Wanita tersebut kemudian divonis penjara selama tiga tahun pada Juli 2017.
Dikutip Gridhot dari Surya Malang, Tini diketahui ditahan di Lapas Wanita Kelas II A Malang.
Mempunyai status sebagai istri seorang teroris, Tini kemudian ditanya perihal makna kemerdekaan Indonesia.
Tini awalnya mengaku kalau dirinya saat kecil sering merayakan Hari Kemerdekaan Repunblik Indonesia.
"Waktu kecil hanya main-main saja. Tidak merasakan apa-apa saat 17 Agustus, mungkin karena masih kecil," cerita Tini.
Namun saat ditanya mengenai makna Hari Kemerdekaan RI baginya, Tini hanya diam.
Tini bahkan enggan menyatakan dirinya masih berdaulat dan mengakui NKRI.
Namun selama di lapas, Tini mengaku sedang tiap kali tanggal 17 Agustus.
Pasalnya, teman-temanny mendapat revisi saat hari tersebut.
"Tapi saat 17 Agustus, saya selalu senang melihat teman-teman saya diberi remisi. Saya senang jika melihat mereka senang," ucap Tini.
Namun Tini sendiri belum pernah mendapatkan pengurangan masa tahanan atau remisi selama dipenjara.
Sebab, dirinya masih menolak untuk mengakui NKRI.
Tini yang akan bebas di bulan Oktober 2019 nanti berencana membuat toko kue setelah keluar dari penjara.
"Saya ingin mempraktekkan ilmu yang saya peroleh di lapas. Saya di sini bikin kue, sudah bisa bikin lima resep. Mohon doanya ya," katanya.
Tini kemudian sempat mengaku terkait kondisi suaminya yang kini memimpin kelompok teroris di Poso tersebut.
Tini mengatakan kalau kelompok tersebut sudah semakin melemah.
Selain kehilangan banyak pasukan, amunisi yang dikantongi juga menipis. Apalagi, hanya Ali yang punya keahlian senjata dan mengenyam pendidikan militer dari Santoso.
(*)