“Saya rigid kalau masalah itu. Saya panggil staf saya masih ada masalah atau tidak, kalau masih ada akan segera saya selesaikan. Besok Sabtu sudah terakhir mungkin,” ujarnya.
“Rumah dinas juga tak pernah saya pakai, hanya untuk menjamu teman atau bertemu orang,” tambahnya.
Dirinya juga tak melibatkan keluarga sama sekali dalam mengemasi barang-barang.
“Istri saya masuk ruangan ini mungkin baru sekali, anak saya juga. Saya dan istri memiliki prinsip bedakan antara keluarga dan pekerjaan, karena untuk menjadi contoh bagi anak-anak kami untuk tumbuh mandiri, tidak bergantung dengan orang lain,” katanya.
Fahri Hamzah mengaku dirinya tidak merasa sedih harus meninggalkan ruang kerjanya.
“Saya tidak memandangnya secara personal, karena ini adalah jalan perjuangan, biasa ada naik turun dan lika-liku,"
"Di ruang publik saya harus lebih menonjolkan rasional, tapi memang ada teman-teman yang sedih, staf saya ada yang sudah bekerja dengan saya sekitar 10 tahun sedih, tapi itu semua manusiawi lah,” kata Fahri.
(*)
Source | : | Kompas.com,tribunnews |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar