Kebutuhan setiap sekolah berbeda-beda dan juga mempertimbangkan tingkat ekonomi masyarakat.
Ketujuh, Malaysia sedang mengupayakan pendidikan inklusif di semua sekolah. Tidak ada perbedaan hak anak dalam mendapatkan pendidikan karena perbedaan fisik maupun psikologis (berkebutuhan khusus).
Anak yang berkebutuhan khusus ini dikelola di sekolah kebangsaan.
Mereka diprioritaskan keterampilan hidup (life skill). Di Sekolah Menengah Kebangsaan Sultan Abdul Samad, misalnya, anak-anak berkebutuhan khusus menghasilkan karya seni bernilai jual.
Ketika melihat produk yang dihasilkan, kami hampir tak percaya bahwa produk tersebut adalah karya dari anak-anak spesial ini.
Kedelapan, pengelolaan kewirausahaan sekolah sangat profesional. Sebagai contoh, pengelolaan kebun berbasis urban. Hasil panen kebun menjadi salah satu sumber penghasilan sekolah.
Kebun dikelola berbasis aquaponic. Sumber air ditampung dari air hujan, proses penyiraman dilakukan secara otomatis. Untuk kebutuhan pupuk, dihasilkan sendiri berupa kompos dan ada juga yang berasal dari kotoran ikan.
Ikannya dipelihara dan bisa dijual ke pasar, sedangkan kotorannya menjadi pupuk tanaman.
Ada juga tanaman yang buahnya dibuat jus dan dijual di kantin sekolah. Pengelolaan kewirausahaan berkerja sama dengan industri (perusahaan) yang ada di sekitar sekolah.