Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Masih Bisa Foya-foya Tanpa Takut Tak Bisa Makan Keesokan Harinya, Sosok Ini Ceritakan Masa Kejayaan PNS Saat Gaji Terasa Sangat Melimpah, Jabatan Sederhana Tanpa Gelar Sarjana Tapi Bisa Punya Simpanan

None - Senin, 30 Desember 2019 | 20:42
Sosok ini ceritakan masa di mana Rupiah sangat kuat
kolase Pixabay dan Arsip Perpustakaan Nasional

Sosok ini ceritakan masa di mana Rupiah sangat kuat

Tiap Sabtu malam yang disebut "Malem Minggu", saya berkunjung ke dan menginap di rumah paman di Jakarta, dengan naik oplet Bogor - Jakarta lewat Cibinong. Tarifnya Rp 1,5,-.

Di "Malem Minggu" itu saya selalu menonton bioskop di Metropole bersama teman istimewa. Karcisnya Rp 1,- (untuk kelas 3, baris depan),Rp 2,- (untuk kelas 2, tengah), Rp 3,- (kelas 1, belakang), dan Rp 3,5 (untuk balkon di atas kepala penonton kelas 1).

Dibandingkan dengan harga beras yang 16 sen seliter, karcis bioskop itu mahal, Tetapi dibandingkan dengan gaji pegawai negeri menengah (bukan sarjana) yang ratusan rupiah, karcis itu murah sekali.

Baca Juga: Positif Narkoba Seperti Ibra Azhari Kakak Iparnya, Medina Zein Gigit Jari Ponselnya Disita Polisi, Bakal Diobok-obok untuk Bongkar Jaringan Artis Lainnya

Hari Minggu saya isi dengan pesiar bersama teman istimewa itu ke Pantai Zandvoort di bilangan Priok, atau ke Cilincing di sebelah timumya. Anggaran bersenang-senang tiap akhir pekan itu cuma Rp 20,-, termasuk makan bersama ami intime itu di restoran elite Capitol, di Pintu Air. Kalau dikalikan empat hanya Rp 80,- sebulan. Gaji masih tersisa banyak!

Semula saya tidak mengerti mengapa uang rupiah hasil guntingan Sjafruddin begitu "enak rasanya". Baru setahun kemudian saya paham. Pertama, jumlah uang yang dicetak hanya sedikit. Penduduk yang mengedarkan (memakai) uang itu pun masih sedikit. Penduduk Jakarta hanya 1,5 juta orang waktu itu.

Kedua, kebutuhan hidup masih sedikit. Pesawat TV, tape recorder, dan radio kaset tidak ada, sehingga tidak mendorong orang untuk membelinya secara kreditan.

Baca Juga: Terlanjur Pulang Diarak Rombongan, Ahmad Dhani Nyatanya Tak Bebas Murni, Langsung Jalani Pidana Percobaan Kasus Vlog 'Idiot'

Hiburan saya sehari-hari hanya radio roti yang harganya cuma Rp 75,-. Radio ini radio juga, kecil, bentuknya seperti roti tawar yang besar.

Ketiga, distribusi barang lancar. Sampai ke desa-desa di luar batas ibukota kabupaten pun ada toko pedagang P & D (provisien en dranken) yang kemudian menjadi M & M (makanan dan minuman). Sekarang orang menyebutnya Waserba (warung serba ada) meski isinya banyak yang tiba-tiba tidak ada.

Pengusaha toko P & D itu kebanyakan orang Cina, atau orang Indonesia keturunan. Cara mereka berdagang jujur sekali, dengan harga eceran yang kompetitif. Tidak ada yang menaikkan harga EZ yang ditetapkan pemerintah untuk melindungi rakyat konsumen.

Baca Juga: Berani Serang Balik Hendropriyono yang Sebut OPM Kelompok Teroris Internasional, Jubir TPNPB Tantang Indonesia Buktikan ke PBB: Kami 24 Jam Siap Menunggu!

Source : intisari

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x