Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Pilih Gabung Malaysia Seusai Perang, Negeri Sembilan Ternyata Malah Bergantung dan Takut Kepada Minangkabau, Punya Pemerintahan Sendiri Tapi Tak Mampu Usir Musuh Dalam Negeri

None - Selasa, 31 Desember 2019 | 20:25
rakyat Minangkabau
Collectie Stichting Nationaal Museum van Wereldculturen

rakyat Minangkabau

Gridhot.ID - Meski bertetangga, hubungan Indonesia dengan Malaysia memang sering naik turun.

Berbagai macam kerja sama terus berjalan seiringan dengan konflik yang terjadi di antara keduanya.

Memiliki berbagai macam hasil kebudayaan yang hampir seragam, bukan tidak mungkin bahwa keduanya pernah menjalin hubungan harmonis sebelumnya.

Baca Juga: Pernah Polisikan Irwansyah Soal Kasus dugaan Penggelapan, Medina Zein Kini Kena Karmanya, Ibunda Zaskia Sungkar: Jangan Menzolimi Orang yang Rajin Berdoa

Benar saja, salah satunya adalah Negeri Sembilan, salah satu negara bagian dalam federasi Malaysiaa yang memiliki pertautan sejarah dengan kerajaan Minangkabau di Sumatera, Indonesia.

Pakaian adat, bentuk rumah, upacara, dan sistem sosial di antara keduanya pun mirip.

Bahkan di balik itu, ternyata sejarah juga menyimpan jejak rekam putra minang yang menjadi raja di Negeri Sembilan.

Baca Juga: Dulu Atlet Lari, Anggota TNI Ini Kini Jadi Orang Dekat Presiden Jokowi, Ini Sosoknya

Studi oleh Mestika Zed "Hubungan Minangkabau dengan Negeri Sembilan," mengungkap sebuah fakta.

Yakni jauh sebelum negara-negara bangsa terbentuk, sekitar abad 16 wilayah-wilayah baik di Indonesia atau Malaysia masih berbentuk kerajaan yang otonom.

Penelitian oleh Josselink de Jong menunjukkan bahwa sejak awal abad ke-16 dan bahkan jauh lagi sebelumnya, orang-orang Minangkabau telah terbiasa merantau menyebar ke Semenanjung Melayu.

Baca Juga: Pernah Operasi Plastik hingga Jalani Perawatan Kecantikan dengan DNA Ikan Salmon, Krisdayanti Pamerkan Wajah Naturalnya Tanpa Make Up, Kulitnya Masih Kencang Meski Usianya Masuki Kepala 4

Perpindahan orang Minang ke Semenanjung semakin pesat bersamaan dengan lalu-lintas perdagangan emas dan lada Minangkabau ke Malaka.

Sebelum Negeri Sembilan terbentuk, di Pelabuhan Malaka sudah berdiri kerajaan besar yang menjadi tempat perantau Minang untuk menetap dan berdagang.

Seiring berjalannya waktu dan rombongan perantau semakin banyak berdatangan, mereka akhirnya mulai mengelompok.

Baca Juga: Hidupnya Pernah Hancur Sampai Kehilangan Suami dan Anak, Maia Estianty Justru Doakan Hal Ini di Tengah Keterpurukkannya: Aku Mau Pulang Mau Senang-senang

Komunitas-komunitas kecil perantau Minangkabau ini terdiri membentuk persekutuan negeri-negeri yang terdiri dari sembilan negeri.

Secara politik, wilayahan Negeri Sembilan ini dikuasai oleh pemimpin yang berbeda-beda dan silih berganti.

Mulai dari Malaka, kemudian Portugis, lalu Johor sebagai penerus Kerajaan Melayu Malaka.

Baca Juga: Ditunggu Ayah dan Ibunya yang Sudah Siap Jalan, Betrand Peto Malah Asik Nyanyi di Kamar Mandi, Dipergoki Ruben Onsu hingga Berakhir dengan Adu Mulut

Pada masa Kekuasaan Johor inilah (akhir abad ke-18) kedaulatan kerajaan Negeri Sembilan baru memiliki raja sendiri, yang dikirim dari Minangkabau.

Hingga saat ini, ada ungkapan terkenal di Negeri Sembilan:

"Beraja ke Johor, Bertali ke Siak, Bertuan ke Minangkabau."

Baca Juga: Ditutup Sarung dan Kain Merah Putih, Ini Detik-detik Evakuasi Jenazah Serda Miftachur Rohmat, Pentolan KKB di Luar Negeri Mengaku Bertanggung Jawab

Ungkapan terakhir memiliki arti bahwa mereka menjadikan Minangkabau sebagai tempat mengadu atau tempat orang yang patut dijadikan "Yamtuan" atau Yang Dipertuan.

Sebelum memiliki raja dari Minangkabau, perpolitikan di Negeri Sembilan cukup panas.

Ada perebutan kekuasaan, termasuk oleh orang-orang Johor dan Bugis.

Baca Juga: Kapal China Bikin Jengkel Indonesia, Nyelonong Masuk Perairan Natuna, Kemenlu Sampai Layangkan Protes dan Panggil Dubes Tiongkok

Barulah pada sekitar 1773, setelah Negeri Sembilan terkatung-katung, Johor memperbolehkan mendatangkan putra mahkota dari kerajaan Pagaruyung Minangkabau untuk memerintah dan mengusir orang Bugis.

Raja Malewar atau Mahmud dari Minangkabau itu berkuasa dari 1773-1795 dan berhasil menegakkan hukum adat ala Minangkabau sekaligus mengusir orang Bugis dengan sukses.

Duo orang raja Pagaruyung lainnya yang dijemput ke Minangkabau sesudah Raja Malewar ialah Raja Hitam (1795-1808) dan Raja Malenggang Alam atau Raja Lenggang (1808-1824).

Baca Juga: Langsung Dijaring Petugas, TNI-Polri Buru Mobil Mewah yang Pakai Plat Nomor 'RFD' dan Sejenisnya, Ternyata Miliki Kode Rahasia yang Belum Banyak Orang Tau

Sebagai kerajaan yang otonom, Negeri Sembilan tentu memiliki raja dan pemerintahannya sendiri namun juga sering mendapat intervensi dari luar.

Pada 1965, ketika Federasi Malaya yang terbentuk setelah PD II bubar, mereka memerdekakan diri dari Inggris dan Negeri Sembilan menjadi salah satu dari negara bagian Malaysia.

Meskipun Negeri Sembilan saat ini sudah menjadi bagian dari sejarah, hubungan kesejarahannya dengan Minangkabau masih terpelihara.

Baca Juga: Diganjar Karma Usai Nekat Nyolong Ikan di Natuna dan Pakai Bendera Malaysia, Kapal Vietnam Justru Terbakar di Perairan Indonesia, KRI Tjiptadi-381 Berhasil Selamatkan ABK

Hal itu dapat dilihat dari sistem matrilineal yang mereka anut, serta adat perpatih yang sudah disesuaikan dengan kondisi setampat.

Artikel ini telah tayang di Intisari dengan judul Negeri Sembilan Malaysia Tenyata Mengadunya ke Minangkabau Juga.

(*)

Source : intisari

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x