Tidak menyesal
Mang, itu sebutan saya ke sahabat saya Helmy Yahya.
Mang, waktu kita masuk ke TVRI kita mimpi TV ini balik ke tengah publik.
Di tengah anggaran program yang hanya sepersepuluh TV swasta rasanya mustahil. Sebagai orang tv puluhan tahun saya paham betul ada ongkos setiap kenaikan satu point rating program.
Mang, kita bisa ternyata. Dalam dua tahun audiens share TVRI sudah naik dua kali lipat. Ajaib? Nggak. Kita bersama anak anak TVRI bergerak bersama dan kita bangga menonton TVRI lagi.
Mang, waktu kita masuk TVRI, kondisi akuntablitas keuangan dan barang milik negara, 3 kali diganjar disclaimer oleh BPK. Tapi kini sudah WTP.
Mang, kita masuk TVRI, nggak ada corporate culture, reformasi birokrasi dan tunjangan kinerja. Kini dalam dua tahun kita punya APIK, reformasi birokrasi kita berjalan dan alhamdulillah tunjangan kinerja anak anak kita sudah keluar.
Mang, brand kita kuat tapi jadul. Kita ubah jadi modern. Sehingga anak anak kita bangga memakai seragam, logo kita keren, channel branding sebagaimana layaknya TV lainya.
Mang, waktu kita masuk alat kita jadul, tapi kini kita memiliki peralatan siaran dan produksi yang canggih. Apakah anggaran pembelian peralatan kita bertambah? Nggak. Kita membelanjakannya dengan baik.
Mang, bu Rini, jualannnya bagus. Dulu agensi nggak percaya sama TVRI. Kini kita nyaman bertemu angency, malah mereka mulai mengajak kita meeting.