"Saya bawa bendera sebagai bentuk warga negara Indonesia. Saat itu, saya bentangkan di depan saya, lalu kena gas air mata, saya balikin ke belakang, tidak diselamatkan tapi, saya bawa bendera dari rumah," sambungnya.
Menurut pengakuannya, saat tiba di belakang Gedung DPR RI Senayan, kondisinya sudah ricuh. Tapi, Lutfi mebantah jika disebut melakukan pelemparan batu.
Selebihnya, Lutfi mengaku tidak mengerti tentang persoalan demo yang diikutinya tersebut.
"Saya tidak mengerti yang mulia. Yang saya tahu, penolakan RUU KUHP," ucapnya.
Sebagai informasi, Lutfi didakwa Pasal 212 jo 214 KUHP karena melawan aparat yang menjalankan tugas.
Menurut jaksa penuntut umum, saat kerusuhan, Lutfi dan pelajar lainnya telah diminta berkali-kali membubarkan diri oleh aparat. Tapi, Lutfi dan massa tetap bertahan berada di kawasan DPR, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat. Merekatak menghiraukan peringatan aparat, bahkan merusuh dengan melemparkan batu ke arah polisi.
Lutfi juga didakwa merusak fasilitas umum dan melakukan kekerasan terhadap aparat polisi atau melanggar Pasal 170 KUHP.
Sebab, Lutfi disebut terus-menerus melemparkan batu, petasan, botol air mineral, bambu, dan kembang api ke arah pot bunga dan pembatas jalan sehingga tidak dapat digunakan.
Selain itu, Lutfi juga didakwa Pasal 218 KUHP lantaran tidak pergi dari kawasan DPR meski aparat kepolisian telah meminta untuk pergi sebanyak tiga kali.