Untuk mendukung operasi amphibi, Filipina mengakuisisi kendaraan pendarat lapis baja AAV7 dari Korea Selatan.
Untuk kapal kombatan, AL Filipina membeli fregat dari Hyundai Heavy Industries, Jose Rizal Class.
Matra udara Filipina yang dulu hanya punya skuadron helikopter kini diperkuat dengan jet tempur FA-50 dari Korea Selatan.
Penguatan otot militer Filipina rupanya mendapat halangan dari adanya pertempuran Marawi, yang mana hal itu cukup menyedot anggaran pertahanan mereka.
Padahal di lautan telah bercokol AL China yang memiliki keunggulan militer jauh di atas mereka.
Contoh sengsaranya Filipina dalam meladeni aksi selonong boy China, tampak dari ditempatkannya pasukan marinir mereka di kapal rongsokan Landing Ship Tank (LST) BRP Sierra Madre.
Mengutip SCMP pada Rabu (22/1/2020), kapal tersebut sudah tidak operasional sehingga sengaja dikaramkan di perairan dangkal di kawasan Pulau Spratly, tepatnya di Ayungin yang menjadi arena 'ngotot-ngototan' China-Filipina.
Namun demikian, kapal tersebut malah dijadikan marinir Filipina sebagai pos pemantauan dan perlawanan garis depan untuk menghalau kapal-kapal perang canggih milik China.
Source | : | Sosok.id |
Penulis | : | None |
Editor | : | Siti Nur Qasanah |
Komentar