Tiga orang itu adalah satu warga negara asing dari Filipina dan dua orang asal Jakarta dan Tasikmalaya.
Mereka mengalami gejala yang sama, yakni panas tinggi disertai batuk-batuk.
RSUD Soekardjo juga kesulitan membeli alat pengukur suhu tubuh karena stok di pasaran habis.
"Untuk alat pendeteksi suhu badan juga sekarang ini sulit didapatkan karena banyak yang memborong. Kami selama ini masih berharap agar Kementerian Kesehatan bisa membantu," harap Budi.
Selain itu, untuk alat deteksi corona, pihaknya mengatakan ingin membeli namun ternyata harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari World Health Organization (WHO).
"Saya tadinya semangat sudah beli saja alat pemeriksaan virus corona Covid-19 untuk di laboratorium RSUD, jadi kalau ada pasien nantinya di Kota Tasikmalaya tak harus dirujuk ke rumah sakit lain.
Kalau sekitar Rp 1 sampai 2 miliar kita sanggup beli dari dana tanggap darurat cairkan. Tapi ternyata bukan alatnya yang sulit tapi izinnya harus di WHO," jelas Budi kepada wartawan, Jumat (6/3/2020). (*)