Laporan Wartawan Gridhot, Desy Kurniasari
Gridhot.ID - Baru-baru ini, Indonesia mengumumkan bahwa terdapat total 19 kasus positif virus corona di Indonesia.
Hal itu telah dipastikan oleh juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona, Achmad Yurianto, di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (9/3/2020).
Adapun untuk menangani pasien dengan kasus corona, tentu petugas kesehatan diwajibkan untuk mengenakan alat pelindung diri.
Mengutip Wikipedia, Alat Pelindung Diri (APD) merupakan kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja.
APD wajib digunakan untuk menjaga keselamatan, baik untuk pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.
Hal ini tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 08/Men/VII/2010 tentang pelindung diri.
Adapun APD menurut peraturan menteri tersebut berupa pelindung kepala, pelindung mata dan muka, pelindung telinga, pelindung pernapasan beserta perlengkapannya, pelindung tangan, dan pelindung kaki.
Namun, ternyata tidak semua fasilitas kesehatan memiliki APD yang layak.
Dilansir Gridhot dari Kompas.com, RSUD Soekardjo Kota Tasikmalaya justru mengenakan jas hujan seadanya dan sepatu bot saat menangani pasien suspect virus corona.
Kejadian tersebut terlihat saat petugas RSUD Soekardjo memindahkan tiga pasien terduga suspect corona ke dalam ambulans.
Pasien tersebut akan dirujuk ke RSU Gunung Jati untuk ditangani lebih lanjut, Sabtu (7/3/2020).
Wali Kota Tasikmalaya Budi Budiman, membenarkan petugas di rumah sakit yang dikelola Pemkot Tasikmalaya itu mengenakan jas hujan sederhana dengan alasan minimnya ketersediaan APD.
"Memang untuk alat pelindung diri yang ada di ruang isolasi khusus sangat minim. Mengingat jas tersebut dipergunakannya hanya satu kali. Karena keterbatasan itu, kemarin tim terpaksa harus membeli jas hujan yang sederhana dan sepatu bot," kata Budi kepada wartawan, Minggu (8/3/2020).
Menurutnya, RSUD Soekardjo telah kehabisan APD berstandar internasional.
Pihaknya berupaya meminta bantuan Kementerian Kesehatan untuk pengadaan APD karena alat tersebut sangat dibutuhkan.
"Kita sudah meminta bantuan ke Kementerian untuk pengadaan APD," jelas Budi.
Apalagi saat ini sudah ada tiga pasien yang sempat dirawat di RSUD Soekardjo.
Tiga orang itu adalah satu warga negara asing dari Filipina dan dua orang asal Jakarta dan Tasikmalaya.
Mereka mengalami gejala yang sama, yakni panas tinggi disertai batuk-batuk.
RSUD Soekardjo juga kesulitan membeli alat pengukur suhu tubuh karena stok di pasaran habis.
"Untuk alat pendeteksi suhu badan juga sekarang ini sulit didapatkan karena banyak yang memborong. Kami selama ini masih berharap agar Kementerian Kesehatan bisa membantu," harap Budi.
Selain itu, untuk alat deteksi corona, pihaknya mengatakan ingin membeli namun ternyata harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari World Health Organization (WHO).
"Saya tadinya semangat sudah beli saja alat pemeriksaan virus corona Covid-19 untuk di laboratorium RSUD, jadi kalau ada pasien nantinya di Kota Tasikmalaya tak harus dirujuk ke rumah sakit lain.
Kalau sekitar Rp 1 sampai 2 miliar kita sanggup beli dari dana tanggap darurat cairkan. Tapi ternyata bukan alatnya yang sulit tapi izinnya harus di WHO," jelas Budi kepada wartawan, Jumat (6/3/2020). (*)