Laporan Wartawan Gridhot, Desy Kurniasari
Gridhot.ID - Penyebaran virus corona di Indonesia nampaknya semakin masif.
Hingga Jumat (20/3/2020) tercatat sudah ada 369 orang positif virus corona.
32 di antaranya telah meninggal dunia dan tujuh belas lainnya telah dinyatakan sembuh dari virus corona.
Melansir Tribun-video.com, mantan Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla, menanggapi upaya pemerintah dalam menangani wabah virus corona.
JK menyebut bahwa Indonesia terlambat dalam menangani virus corona,namun ia percaya bahwa pemerintah telah belajar dari kesalahannya.
Tak hanya itu, mantan wapres ini juga mengatakan bahwa inti permasalahan di Indonesia adalah telatnya pengetesan terhadap orang-orang yang diduga terjangkit virus corona.
Ketebatasan alat pemeriksaan menjadikan banyak potensi positif Virus Corona yang luput dari pemantauan pemerintah.
Selain Jusuf Kalla, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia, dr. Aman Bhakti Pulungan, juga menyampaikan curahan hatinya mengenai pandemik virus corona di Indonesia.
Dilansir dari unggahan kanal Youtube Mata Najwa pada Rabu (18/3/2020), dr. Aman Bhakti Pulungan mengungkapkan bahwa Indonesia kekurangan amunisi para dokter untuk memerangi virus corona yang kini makin merebak.
Terus bertambahnya pasien yang terpapar virus corona membuat para petugas medis, seperti dokter dan perawat, harus bekerja ekstra.
Namun ternyata di balik kerja keras mereka, terdapat kendala yang dialami oleh para petugas medis ini.
Tenyata para dokter tidak dibekali dengan keterbukaan soal data hingga amunisi lainnya dalam berperang melawan virus corona.
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia ini menyampaikan keluhan mengenai tidak adanya keterbukaan terkait data pasien virus corona yang mereka tangani.
dr. Aman Bhakti Pulungan mengaku kesulitan memprediksi terkait pasien virus corona lantaran datanya tak transparan.
Selain soal transparansi data, dr. Aman Bhakti Pulungan juga mengungkap perihal peran yang harus dijalankan oleh seluruh dokter di Indonesia.
Bagi dr. Aman Bhakti Pulungan, para dokter kini berperan sebagai tentara khusus pasukan perang, sedangkan ketua BNPD merupakan komandannya.
Menurut penuturan dr. Aman Bhakti Pulungan, ada dua masalah yang kini sedang dihadapi para tenaga medis di Indonesia dalam memerangi virus corona.
Masalah yang pertama, yakni para dokter ternyata tak tahu berapa jumlah musuh yang mereka hadapi.
Yang dimaksud musuh di sini adalah para pasien virus corona.
"Masalahnya, musuhnya kami tidak tahu. Berapa jumlah musuh, kami tidak bisa melihat musuhnya di mana pada saat ini," ujar dr. Aman Bhakti Pulungan.
"Dan yang kedua, kami tidak dikasih senjata yang lengkap. Inilah perang yang harus kami lakukan, oleh semua dokter dan tenaga kesehatan yang ada," sambung dr. Aman Bhakti Pulungan.
Najwa Shihab yang mendengar curhatan dr. Aman Bhakti Pulungan ini menyoroti soal tidak adanya transparansi data pasien.
Najwa Shihab lantas memberikan pertanyaan yang cukup detail kepada dr. Aman Bhakti Pulungan terkait tranparansi data pasien.
Hal ini lantaran setiap hari pemerintah terus meng-update jumlah pasien yang positif corona di Indonesia.
"Ketika tadi Anda bilang datanya tidak transparan, data yang seperti apa ? Karena kan setiap hari kita lihat ada konferensi pers menyebutkan jumlah yang meninggal, jumlah yang positif. Apakah konferensi pers tersebut tidak cukup terbuka atau angka-angkanya Anda ragukan ?" tanya Najwa Shihab.
dr. Aman Bhakti Pulungan mengakui kalau para dokter hanya ingin pemerintah bisa membuka data pasien kepada para tenaga medis.
"Jadi kita tidak meminta data itu dibuka ke publik. Tapi kita sebagai dokter yang merawat, kita harus tahu dan real time," ucap dr. Aman Bhakti Pulungan.
Pengungkapan data pasien pada tenaga medis ini dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran virus corona yang lebih luas lagi.
Sebab para pasien positif corona itu bisa menjadi 'pembawa' virus itu sendiri dan menularkannya pada orang lain.
Menurut dr. Aman Bhakti Pulungan, jika jejak pasien diketahui sejak awal, dokter bisa mengantisipasi penyebarannya lebih dulu sehingga bisa menekan angka penularan.
Namun nyatanya para tenaga medis benar-benar tak diberi tahu.
"Kalau dikasih tahu kan kita bisa istirahat 14 hari, tapi kita tidak tahu betul-betul saat ini," ucap dr. Aman Bhakti Pulungan.
(*)