Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Jadi Negara Termiskin di Jazirah Arab, Yaman Harus Hidup Dalam Keterpurukan, Kelamaan Perang Buat Tenaga Medis Tak Lagi Digaji Sampai PBB Hampir Angkat Tangan

None - Selasa, 02 Juni 2020 | 20:42
Pandemi corona melanda Yaman
Kompas.com

Pandemi corona melanda Yaman

Gridhot.ID - Dunia sedang krisis di beberapa negara.

Salah satunya adalah negara Yaman.

Yaman, negeri termiskin di jazirah Arab yang kaya raya diambang kelaparan.

Konflik berkepanjangan telah membuat rakyatnya jatuh miskin, diperparah berbagai macam penyakit.

Baca Juga: Serang Kapolsek Daha Selatan, Simpatisan ISIS Bacok Brigadir Polisi Pakai Pedang Hingga Meregang Nyawa, Tinggalkan Secarik Kertas di Lokasi Kejadian, Ini Isinya?

Apalagi, staf medis tanpa lagi gaji, sehingga tidak akan dapat memberikan layanan kesehatan kepada pasien di tengah pandemi virus Corona.

Hal itu tidak terlepas dari lembaga bantuan kemanusiaan PBB mengurangi bantuan ke Yaman.

Organisasi itu mendesak bantuan untuk menopang operasi mereka di Yaman yang terus dilanda perang.

Mereka mengaku dipaksa untuk menghentikan beberapa pekerjaan bahkan ketika virus Corona ikut merobek negara itu.

Baca Juga: Kini Tengah Hamil Tua, Aktris yang Pernah Terjerat Kasus Prostitusi Online Ini Justru Diramal Kerap Ditiduri 3 Gendruwo, Istri Bibi Langsung Murka: Minum Obat Mbak, Biar Nggak Halu!

Sekitar 75% dari program PBB di Yaman harus ditutup atau mengurangi operasi.

Program Pangan Dunia (WFP) harus memotong ransum menjadi dua.

Bahkan, layanan kesehatan berkurang di 189 dari 369 rumah sakit nasional.

"Hampir mustahil untuk melihat wajah keluarga, menatap mata,” kata Lise Grande, Koordinator WFP di Yaman, Senin (1/6/2020).

Baca Juga: Dulu Bergelimang Harta, Hidup Pedangdut Ini Berubah 360 Derajat Usai Bercerai dari Janda Kaya Raya, Terpaksa Jualan Hand Sanitizer Agar Bisa Makan: Sedih...

“Maaf, makanan yang Anda butuhkan untuk bertahan hidup harus kita bagi menjadi dua,” tambahnya.

Dana yang menyusut menjadi faktor utama, tetapi alasan utama adalah penghalang oleh pemberontak Houthi Yaman, yang mengontrol ibukota, Sanaa, dan wilayah lainnya.

Amerika Serikat, salah satu pendonor terbesar, mengurangi bantuan ke Yaman awal tahun ini, karena campur tangan Houthi.

Belum diketahui apakah Houthi akan memungkinkan pemantauan dan pengawasan atau memberi ruang bagi badan-badan PBB untuk beroperasi.

Baca Juga: Air Kawah Danau Gunung Ijen Meluap Sampai Keluakan Gas Beracun, Gelombang 3 Meter Tewaskan Penambang Belerang, Ahli Yakin Telah Terjadi Tsunami

Konferensi PBB untuk Yaman yang dipimpin Arab Saudi akan menggelar konferensi virual pada Selasa (2/6) untuk mencari bantuan 2,41 miliar dolar AS.

Bantuan itu untuk periode Juni hingga Desember 2020.

Grande meminta Houthi lebih transparan, dan berharap ini akan mendorong negara donor untuk memberikan bantuan.

Optimismenya, bagaimanapun, datang ketika Houthi menghadapi kritik keras karena menyembunyikan informasi tentang jumlah kasus COVID-19 dan kematian.

Baca Juga: Berkat Pak Bupati, Kabupaten Wonogiri Tak Lagi Menerima Tambahan Pasien Corona Baru Selama Berhari-hari, Jekek: Kami Sudah Zero Covid-19...

Konferensi Selasa (2/6/2020) akan diselenggarakan bersama untuk pertama kali oleh Arab Saudi.

Kerajaan memimpim koalisi menumpas kelompok Houthi dengan pemboman sejak 2015.

Para kritikus mempertanyakan peran penting Saudi dalam menggalang dukungan kemanusiaan.

Bahkan ketika mereka terus berperang, seperti halnya Houthi yang telah menciptakan krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Baca Juga: Bukan Ruben Onsu Atau Sarwendah, Ternyata Wanita Ini yang Bikin Karier Betrand Peto Melejit, Sampai Rela Bayar Orang Demi Muluskan Niatnya

Maysaa Shuja al-Deen, seorang peneliti Yaman dan non-residen di Pusat Studi Strategis Sana'a, mengatakan kerajaan sedang berusaha memperbaiki citra internasionalnya.

“Arab Saudi selalu berusaha mengubah narasi perang dan menampilkan dirinya sebagai pendukung pemerintah yang sah, bukan bagian dari konflik," katanya.

Dalam beberapa tahun terakh ini , kerajaan telah menjadi salah satu pendonor utama untuk operasi bantuan kemanusiaan PBB di Yaman.

Duta Besar Saudi untuk Yaman, Mohammed al-Jaber, mengatakan kerajaan akan mengalokasikan setengah miliar dolar tahun ini untuk mendukung program-program PBB.

Baca Juga: Nangis Histeris, Kekeyi Ngaku Takut Dipenjara Karena Diduga Jiplak Lagu Rinni Wulandari: Aku Niatnya Cuma Menghibur, Nggak Tahu Kalau Itu Hampir Mirip

Bahkan, termasuk 25 juta dolar AS untuk rencana tanggapan dampak COVID-19.

PBB sendiri juga telah menyelidiki dugaan korupsi dan pengalihan bantuan di Yaman dalam jajarannya sendiri.

Laporan menunjukkan virus Corona menyebar pada tingkat yang mengkhawatirkan di seluruh negeri.

Di antara program yang dipotong adalah dukungan keuangan kepada ribuan petugas kesehatan.

Baca Juga: Aksi Koboi Anggota DPRD Tulungagung Tuai Sorotan, Nekat Banting Botol Bir di Pendopo Gara-gara Tak Sabar Menunggu Kedatangan Bupati, Pegiat AMPTA: Dia Juga Menantang Duel Satpol PP

Padahal, mereka belum menerima gaji dari pemerintah selama hampir tiga tahun.

Grande mengatakan hanya seminggu sebelum kasus virus Corona pertama diumumkan di Yaman, lembaga bantuan harus berhenti membayar pekerja kesehatan.

PBB menerima sekitar 3,6 miliar dolar AS pada tahun 2019 dalam bentuk sumbangan internasional.

Tetapi, masih kurang 4,2 miliar dolar AS.

Baca Juga: Panggil Mesra Sule 'Say', Chika Jessica Tak Lagi Sungkan Ungkap Kecemburuan, Benarkan Keduanya Punya Hubungan Dekat?

Untuk rencana 2020, sejauh ini hanya menerima 15% dari 3,5 miliar dolar AS yang dibutuhkan.

Yaman telah terperangkap dalam perang yang melelahkan sejak 2014 ketika pemberontak Houthi mengambil alih Sanaa.

Bahkan, memaksa presiden yang diakui secara internasional untuk melarikan diri.

Pada 2015, koalisi pimpinan Saudi yang didukung AS memulai kampanye udara untuk mengusir Houthi sembari memberlakukan embargo darat, laut, dan udara di Yaman.

Baca Juga: Nagita Slavina Asal Ceplos Soal Mantan, Sosok yang Diduga Istri Sang Mantan Kekasih Mendadak Ngegas di Sosial Media: Dari Diam, Sabar Sampai Muak!

Perang udara dan pertempuran di darat telah menewaskan lebih dari 100.000 orang.

Menutup atau menghancurkan setengah dari fasilitas kesehatan Yaman.

Mengusir 4 juta warga Yaman dari rumah mereka.

Epidemi kolera dan gizi buruk di kalangan anak-anak telah menyebabkan ribuan kematian tambahan.

Baca Juga: Serang Kapolsek Daha Selatan, Simpatisan ISIS Bacok Brigadir Polisi Pakai Pedang Hingga Meregang Nyawa, Tinggalkan Secarik Kertas di Lokasi Kejadian, Ini Isinya?

Ketika perang memasuki tahun ke enam, tanpa ada tanda-tanda gencatan senjata yang baik, penderitaan terus berlanjut.

Pertempuran juga terus berlanjut di beberapa garis depan di Yaman, termasuk di Marib, provinsi timur yang kaya minyak, mengancam gelombang pemindahan baru.

Program bantuan besar-besaran PBB, senilai 8,35 miliar dolar AS sejak 2015, sangat penting untuk menjaga banyak warga Yaman tetap hidup.

Sepuluh juta orang berada di ambang kelaparan dan 80% dari 30 juta penduduk membutuhkan bantuan, menurut PBB

Baca Juga: Kini Tengah Hamil Tua, Aktris yang Pernah Terjerat Kasus Prostitusi Online Ini Justru Diramal Kerap Ditiduri 3 Gendruwo, Istri Bibi Langsung Murka: Minum Obat Mbak, Biar Nggak Halu!

Dengan penyebaran virus Corona dibutuhkan lebih banyak uang.

Sejak April 2020, pihak berwenang di daerah yang dikendalikan oleh pemerintahan yang diakui secara internasional melaporkan 283 kasus, termasuk 85 kematian.

Houthi menyatakan hanya empat kasus, termasuk satu kematian.

Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan perkiraan terlalu rendah dari wabah dapat menghambat bantuan ke Yaman yang diperlukan untuk mengendalikan virus.

Baca Juga: Kini Tengah Hamil Tua, Aktris yang Pernah Terjerat Kasus Prostitusi Online Ini Justru Diramal Kerap Ditiduri 3 Gendruwo, Istri Bibi Langsung Murka: Minum Obat Mbak, Biar Nggak Halu!

Richard Brennan, Direktur Darurat WHO, mengatakan kepada AP, Senin (16/2020) bahwa dia percaya kematian ada dalam ratusan dan ribuan kasus.

Hal itu berdasarkan apa yang dia dengar dari banyak penyedia layanan kesehatan.

Namun dia mengatakan kurangnya dana berarti program kesehatan tergantung pada seutas tali.

Komite Penyelamatan Internasional, sebuah kelompok bantuan, mengatakan Yaman hanya melakukan 31 tes per satu juta orang, skor terendah di dunia.

Baca Juga: Dulu Bergelimang Harta, Hidup Pedangdut Ini Berubah 360 Derajat Usai Bercerai dari Janda Kaya Raya, Terpaksa Jualan Hand Sanitizer Agar Bisa Makan: Sedih...

Dengan meningkatnya kebutuhan dan dana yang lebih sedikit, badan pengungsi PBB harus menghentikan berbagai bantuan uang tunai.

“Program penampungan untuk 50.000 keluarga terlantar pada Agustus 2019 juga dihentikan,” kata juru bicara Heba Kanso.

Dia mengatakan badan itu akan dipaksa untuk mengakhiri kemitraannya dengan puluhan LSM Yaman dan membebaskan 1.500 staf.

Lembaga bantuan khawatir pendonor akan memberi lebih sedikit karena banyak negara berjuang melawan wabah virus mereka sendiri.

Baca Juga: Berkat Pak Bupati, Kabupaten Wonogiri Tak Lagi Menerima Tambahan Pasien Corona Baru Selama Berhari-hari, Jekek: Kami Sudah Zero Covid-19...

Tetapi mereka memperingatkan krisis kemanusiaan terburuk di dunia memang bisa menjadi jauh lebih buruk.

"Perhatian dunia dialihkan ke tempat lain dan ini adalah yang paling rentan di antara yang paling rentan di planet ini, dan kami membutuhkan komitmen," kata Brennan.

Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Yaman Diambang Kelaparan: “Maaf, Makanan Anda Harus Dibagi Dua”

(*)

Source :Serambi News

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x