Gridhot.ID - Dunia sedang krisis di beberapa negara.
Salah satunya adalah negara Yaman.
Yaman, negeri termiskin di jazirah Arab yang kaya raya diambang kelaparan.
Konflik berkepanjangan telah membuat rakyatnya jatuh miskin, diperparah berbagai macam penyakit.
Apalagi, staf medis tanpa lagi gaji, sehingga tidak akan dapat memberikan layanan kesehatan kepada pasien di tengah pandemi virus Corona.
Hal itu tidak terlepas dari lembaga bantuan kemanusiaan PBB mengurangi bantuan ke Yaman.
Organisasi itu mendesak bantuan untuk menopang operasi mereka di Yaman yang terus dilanda perang.
Mereka mengaku dipaksa untuk menghentikan beberapa pekerjaan bahkan ketika virus Corona ikut merobek negara itu.
Sekitar 75% dari program PBB di Yaman harus ditutup atau mengurangi operasi.
Program Pangan Dunia (WFP) harus memotong ransum menjadi dua.
Bahkan, layanan kesehatan berkurang di 189 dari 369 rumah sakit nasional.
"Hampir mustahil untuk melihat wajah keluarga, menatap mata,” kata Lise Grande, Koordinator WFP di Yaman, Senin (1/6/2020).
“Maaf, makanan yang Anda butuhkan untuk bertahan hidup harus kita bagi menjadi dua,” tambahnya.
Dana yang menyusut menjadi faktor utama, tetapi alasan utama adalah penghalang oleh pemberontak Houthi Yaman, yang mengontrol ibukota, Sanaa, dan wilayah lainnya.
Amerika Serikat, salah satu pendonor terbesar, mengurangi bantuan ke Yaman awal tahun ini, karena campur tangan Houthi.
Belum diketahui apakah Houthi akan memungkinkan pemantauan dan pengawasan atau memberi ruang bagi badan-badan PBB untuk beroperasi.
Konferensi PBB untuk Yaman yang dipimpin Arab Saudi akan menggelar konferensi virual pada Selasa (2/6) untuk mencari bantuan 2,41 miliar dolar AS.
Bantuan itu untuk periode Juni hingga Desember 2020.
Grande meminta Houthi lebih transparan, dan berharap ini akan mendorong negara donor untuk memberikan bantuan.
Optimismenya, bagaimanapun, datang ketika Houthi menghadapi kritik keras karena menyembunyikan informasi tentang jumlah kasus COVID-19 dan kematian.
Konferensi Selasa (2/6/2020) akan diselenggarakan bersama untuk pertama kali oleh Arab Saudi.
Kerajaan memimpim koalisi menumpas kelompok Houthi dengan pemboman sejak 2015.
Para kritikus mempertanyakan peran penting Saudi dalam menggalang dukungan kemanusiaan.
Bahkan ketika mereka terus berperang, seperti halnya Houthi yang telah menciptakan krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Maysaa Shuja al-Deen, seorang peneliti Yaman dan non-residen di Pusat Studi Strategis Sana'a, mengatakan kerajaan sedang berusaha memperbaiki citra internasionalnya.
“Arab Saudi selalu berusaha mengubah narasi perang dan menampilkan dirinya sebagai pendukung pemerintah yang sah, bukan bagian dari konflik," katanya.
Dalam beberapa tahun terakh ini , kerajaan telah menjadi salah satu pendonor utama untuk operasi bantuan kemanusiaan PBB di Yaman.
Duta Besar Saudi untuk Yaman, Mohammed al-Jaber, mengatakan kerajaan akan mengalokasikan setengah miliar dolar tahun ini untuk mendukung program-program PBB.
Bahkan, termasuk 25 juta dolar AS untuk rencana tanggapan dampak COVID-19.
PBB sendiri juga telah menyelidiki dugaan korupsi dan pengalihan bantuan di Yaman dalam jajarannya sendiri.
Laporan menunjukkan virus Corona menyebar pada tingkat yang mengkhawatirkan di seluruh negeri.
Di antara program yang dipotong adalah dukungan keuangan kepada ribuan petugas kesehatan.
Padahal, mereka belum menerima gaji dari pemerintah selama hampir tiga tahun.
Grande mengatakan hanya seminggu sebelum kasus virus Corona pertama diumumkan di Yaman, lembaga bantuan harus berhenti membayar pekerja kesehatan.
PBB menerima sekitar 3,6 miliar dolar AS pada tahun 2019 dalam bentuk sumbangan internasional.
Tetapi, masih kurang 4,2 miliar dolar AS.
Untuk rencana 2020, sejauh ini hanya menerima 15% dari 3,5 miliar dolar AS yang dibutuhkan.
Yaman telah terperangkap dalam perang yang melelahkan sejak 2014 ketika pemberontak Houthi mengambil alih Sanaa.
Bahkan, memaksa presiden yang diakui secara internasional untuk melarikan diri.
Pada 2015, koalisi pimpinan Saudi yang didukung AS memulai kampanye udara untuk mengusir Houthi sembari memberlakukan embargo darat, laut, dan udara di Yaman.
Perang udara dan pertempuran di darat telah menewaskan lebih dari 100.000 orang.
Menutup atau menghancurkan setengah dari fasilitas kesehatan Yaman.
Mengusir 4 juta warga Yaman dari rumah mereka.
Epidemi kolera dan gizi buruk di kalangan anak-anak telah menyebabkan ribuan kematian tambahan.
Ketika perang memasuki tahun ke enam, tanpa ada tanda-tanda gencatan senjata yang baik, penderitaan terus berlanjut.
Pertempuran juga terus berlanjut di beberapa garis depan di Yaman, termasuk di Marib, provinsi timur yang kaya minyak, mengancam gelombang pemindahan baru.
Program bantuan besar-besaran PBB, senilai 8,35 miliar dolar AS sejak 2015, sangat penting untuk menjaga banyak warga Yaman tetap hidup.
Sepuluh juta orang berada di ambang kelaparan dan 80% dari 30 juta penduduk membutuhkan bantuan, menurut PBB
Dengan penyebaran virus Corona dibutuhkan lebih banyak uang.
Sejak April 2020, pihak berwenang di daerah yang dikendalikan oleh pemerintahan yang diakui secara internasional melaporkan 283 kasus, termasuk 85 kematian.
Houthi menyatakan hanya empat kasus, termasuk satu kematian.
Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan perkiraan terlalu rendah dari wabah dapat menghambat bantuan ke Yaman yang diperlukan untuk mengendalikan virus.
Richard Brennan, Direktur Darurat WHO, mengatakan kepada AP, Senin (16/2020) bahwa dia percaya kematian ada dalam ratusan dan ribuan kasus.
Hal itu berdasarkan apa yang dia dengar dari banyak penyedia layanan kesehatan.
Namun dia mengatakan kurangnya dana berarti program kesehatan tergantung pada seutas tali.
Komite Penyelamatan Internasional, sebuah kelompok bantuan, mengatakan Yaman hanya melakukan 31 tes per satu juta orang, skor terendah di dunia.
Dengan meningkatnya kebutuhan dan dana yang lebih sedikit, badan pengungsi PBB harus menghentikan berbagai bantuan uang tunai.
“Program penampungan untuk 50.000 keluarga terlantar pada Agustus 2019 juga dihentikan,” kata juru bicara Heba Kanso.
Dia mengatakan badan itu akan dipaksa untuk mengakhiri kemitraannya dengan puluhan LSM Yaman dan membebaskan 1.500 staf.
Lembaga bantuan khawatir pendonor akan memberi lebih sedikit karena banyak negara berjuang melawan wabah virus mereka sendiri.
Tetapi mereka memperingatkan krisis kemanusiaan terburuk di dunia memang bisa menjadi jauh lebih buruk.
"Perhatian dunia dialihkan ke tempat lain dan ini adalah yang paling rentan di antara yang paling rentan di planet ini, dan kami membutuhkan komitmen," kata Brennan.
Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Yaman Diambang Kelaparan: “Maaf, Makanan Anda Harus Dibagi Dua”
(*)