China tahu itu, dan telah mengancam terkait tindakan Australia selanjutnya.
Senjata inilah yang menjadi sinyal perubahan strategi militer Australia menjadi strategi 'landak semut'.
Dunia sedang krisis
Analis takutkan Beijing bereaksi terhadap pandemi Covid-19 sebagai sebuah kesempatan.
Secara terbalik, AS, Inggris dan Uni Eropa, serta Australia menderita akibat krisis ekonomi dan perdagangan internasional, serta banyaknya pengangguran yang ada.
Itu hanya mempercepat keseimbangan kekuatan internasional ke arah Beijing.
Pengaruh Australia dan AS mulai menghilang secara relatif, ujar analis Lowy Institute Sam Roggeveen.
Kini, Beijing telah peringatkan kepada negara manapun yang miliki misil jarak jauh (kecuali mereka sendiri).
Washington dahulu telah dicegah meluncurkan misil sejauh 5500 km dalam perjanjian Perang Dingin dengan Moskow.
China sama sekali tidak pernah menandatangani kesepakatan apapun dan telah sibuk membangun senjata baru selama 10 tahun terakhir ini.
Namun administrasi Trump mulai tinggalkan penyelesaian cara lama dengan ciptakan perjanjian-perjanjian sejak Agustus tahun lalu.
Utamanya adalah karena ancaman China yang semakin besar.
Di bulan yang sama, Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengungkapkan ia ingin luncurkan misil seperti itu ke Asia.
Sementara itu juru bicara Menteri Pertahanan China, Kolonel Senior Wu Qian mengungkapkan Rabu lalu jika "China melawan adanya tindakan peluncuran misil seperti itu.
"Jika AS bersikeras ingin luncurkan misil, maka itu akan memprovokasi China, dan China akan melawan," ujar Wu.
Artikel ini telah tayang di Intisari dengan judul Tolak Klaim Tiongkok Atas Laut China Selatan, Terkuak Akal Bulus Australia: Gelontorkan 3 Quadrillion Demi Saingi China untuk Kuasai India dan Wilayah Pelayaran Penting Pasifik.(*)
Source | : | intisari |
Penulis | : | None |
Editor | : | Dewi Lusmawati |
Komentar