Tak hanya soal kepadatan dan kerusuhan, di dalam penjara itu juga santer masalah narkoba karena hanya ada 40 sipir penjara untuk 3.000 tahanan.
Mantan direktur penjara, Jorge Fernandez menyatakan seperti dikutip Insight Crime, "Kami menemukan ganja, kokain dan kokain crack."
"Kami punya alat baru yang bisa mendeteksi narkoba dengan teknologi tertentu. Namun kami tidak punya alat pindai untuk tahanan laki-laki, kami hanya punya alat pindai untuk tahanan perempuan."
Dia percaya beberapa obat diselundupkan ke penjara karena tahanan dapat menerima makanan dari keluarga mereka sampai jam 7 malam setiap harinya.
Sementara ini berdasarkan pemeriksaan dan pemindaian yang telah dilakukan, Fernandez mencurigai banyak anak-anak dijadikan media dalam kunjungan keluarga untuk menyerahkan zat ilegal tersebut.
Fernandez juga menambahkan bahwa dia khawatir beberapa sipir membantu tahanan menyelundupkan narkoba dan minuman beralkohol ke penjara.
Hanya dalam waktu satu tahun, sebanyak 18 tahanan ditemukan dalam kondisi tewas saat ditahan di Tacumbu - setengah dari mereka yang meninggal terlibat dalam perkelahian dan tidak ada yang mau bertanggung jawab.
Jahit mulut saat mogok makan
Banyak yang melakukan protes ekstrem dalam upaya memperbaiki kondisi dan agar kasus mereka didengar lebih cepat sehingga mereka dapat dipindahkan ke penjara lain.
Saat melakukan mogok makan, beberapa narapidana bahkan menjahit mulut mereka sehingga mereka tidak bisa dipaksa untuk makan ketika sedang melakukan aksi mogok makan yang mengerikan.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | None |
Editor | : | Siti Nur Qasanah |
Komentar