Melansir Reuters, para tahanan protes karena sistem yudisial yang sangat lamban dan persidangan mereka tidak pernah digelar sehingga mereka terus menerus ditahan tanpa adanya vonis.
Selain menjahit mulut mereka, para tahanan juga pernah melukai diri dengan memaku tangan mereka dan serangkaian tindakan mengerikan lainnya agar suara mereka didengar.
Seorang sipir bernama Artemio Vera yang bekerja di Penjara Tacumbu mengatakan, "banyak kasus para narapidana berakhir di bawah undang-undang pembatasan, sementara yang lain sudah bisa diberikan kondisi yang lebih baik seperti tahanan rumah."
Sementara itu, diketahui bahwa di dalam penjara Tacumbu juga ada sebuah sel mewah yang membuat narapidana yang ingin ditahan di sana untuk membayar biaya lebih besar.
Pada 2016 lalu, seorang gembong narkoba pernah dipenjara di sel mewah tersebut. Namanya Jarvis Chimenes Pavao.
Dia memiliki 3 kamar di sel mewahnya, ruang-ruang itu di antaranya seperti ruang pertemuan konferensi dengan TV layar plasma, sebuah dapur dan perpustakaan.
Di kamar tamunya bahkan terdapat sofa dan meja khusus minum kopi. Di sanalah, Pavao merencanakan pelariannya dari Tacumbu dengan menimbun bahan peledak.
Sel mewah itu pada akhirnya dihancurkan setelah rencana Pavao untuk melarikan diri tercium aparat dan dia dipindahkan ke penjara lain untuk menunggu persidangan atas kasus pencucian uang.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jahit Mulut sampai Lukai Tubuh Sendiri, Aksi Protes Tahanan Penjara Tacumbu karena Kasus Tak Segera Disidang
(*)
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | None |
Editor | : | Siti Nur Qasanah |
Komentar