Gridhot.ID - Sosok Kapten A Rivai mungkin saja tidak banyak dibahas dalam literatur maupun karya ilmiah.
Namun, namanya tersebut akan tetap harum sebagai pahlawan besar pada Perang 5 Hari Malam yang mencekam pada 1-5 Januari 1947 tersebut.
Aksi berani mati dan heroik Kapten A Rivai yang kini namanya diabadikan sebagai nama Jl Kapten A Rivai di Palembang Sumsel itu, tetap dikenang.
Sebagai prajurit berpangkat Letnan Satu (Lettu) dan menjabat sebagai Komandan Resimen Markas Divisi II, Kapten A Rivai yang tengah dalam perawatan dan diawasi oleh dr Ibnu Sutowo, karena luka di bahuhnya itu, nekat keluar dari RS.
Sebab, Kapen A Rivai memang gelisah ketika mendengar perang kembali pecah di kawasan kawasan Sungai Jeruju (kawasan yang dipimpinnya) diambil ahli TRI (Tentara Republik Indonesia) dan Laskar Pejuang.
Berbekal senapan mesin kaliber 12,7 MM langsung turun ke medan pertempuran. Bersama pasukannya, Kapten A Rivai bombardir menyerang kapal Belanda di tengah perairan Sungai Musi. Namun kapal Belanda membalas tembakan sehingga Rivai terkena tembakan Belanda.
Pada tanggal 2 Januari 1947, Kapten A Rivai gugur dalam pertempuran yang berlokasi di Sungai Jeruju, kawasan 8 Ilir. Padahal saat memimpin pasukannya, Kapten A Rivai sudah luka tembak dibahu karena mengalami luka tembak di bahu akibat insiden pertempuran selama 13 jam di kawasan Benteng, pada 29 Maret 1946. Namun dia tetap turun dalam keadaan luka dan tetap gagah turun di medan tempur.
Aksi heroik, berani mati dan dikenal sebagai ahli tempur, Kapten A Rivai memang selalu dikenang sebagai pejuang dari Palembang Sumsel yang tanpa pamrih.
Namun seperti diungkapkan bahwa, tak banyak literatur yang mengungkap siapa sebenarnya Kapten A Rivai, bahkan hanya sedikit mengungkap identitas dan dari mana asal sang pahlawan Perang 5 Hari 5 Malam itu.