Tak lama di ruang IGD pasien langsung dibawa ke ruang Pinere untuk diisolasi karena diduga suspect corona.
“Kondisi ayah saya saat tiba di IGD antara sadar dan tidak, tapi langsung diisolasi karena dibilang suspect corona. Seharusnya kalau diduga corona kan harus rapid test dan swab tapi ini langsung isolasi tanpa ada hasil menunjukkan ayah saya terpapar corona,” katanya.
Setelah di isolasi di ruang Pinere sejak pukul 01.00 WIB, hingga pukul 10.00 WIB pasien BR tidak mendapat penangan apa-apa dari petugas medis. Bahkan tidak diantarkan makan oleh petugas.
“Jangankan penanganan kepada ayah saya, nasi saja sudah jam 10.00 pagi tidak diantar," kata Wahyudi.
"Saat kami tanya, karena pasien masuk malam dan belum terdaftar sehingga tidak dapat makan. Seharusnya diberitahukan ke kami, biar kami yang beli makan dari luar untuk ayah. Seperti itulah pelayanan di RSUD Cut Nyak Dhien, keluarga siapa yang tidak marah?” sebutnya.
Wahyudi dan keluarga tak dapat membendung emosinya saat mengetahui ayahnya dalam kondisi sekarat namun tidak ada dokter dan perawat yang memberikan pertolongan.
Malah saat mereka sampai ke rumah sakit, satu dokter dan perawat terlihat sedang memakai APD, sementara kondisi pasien sedang sekarat.
“Saat kondisi ayah sekarat adik saya video call dengan kami di rumah. Kondisi ayah kami sedang sekarat. Kemudian ibu saya kami dengar teriak-teriak minta tolong tapi tak ada dokter dan perawat yang memberikan pertolongan," katanya.
"Makanya saya dari rumah langsung berangkat dan saat saya tiba di ruang Pinere malah petugas sedang pakai APD. Apa tidak emosi saya? karena duluan saya tahu kondisi ayah saya daripada mereka petugas yang berjaga di ruang itu,” ungkapnya.