Wahyudi menilai pihak RS tidak serius terhadap penanganan peasien, bahkan dengan mudah mengisolasi setiap pasien ke ruang penanganan Covid-19 tanpa ada hasil rapid test dan swab terlebih dahulu.
Sementara saat pasien meninggal, proses memandikan jenazah dan pemakaman dilakukan warga setempat. Jika memang ayahnya suspect corona, kenapa tak ada petugas pakai APD yang mendampingi?
"Kalau betul seperti yang mereka duga sejak awal bahwa ayah saya suspect corona, kenapa kami diizinkan oleh Wakil Ketua Gugus Covid-19 Kabupaten saat kami mandikan jenazah?" katanya.
Sementara itu Direktur RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Putri Fathiyah hingga berita ini diturunkan belum berhasil dikonfirmasi Kompas.com.
Saat dihubungi Kompas.com berkali-kali melaui nomor teleponnya tidak diangkat.
Upaya konfirmasi melalui pesan WhatsApp pun belum dibalas Direktur RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh. (*)
Source | : | Kompas.com,Serambinews.com |
Penulis | : | Desy Kurniasari |
Editor | : | Dewi Lusmawati |
Komentar