Delapan Sudut Dunia Di Bawah Satu Atap
Agenda ekspansi Jepang dilanjutkan dengan gugurnya Perancis dan Belanda tahun 1940, memberi Tokyo kesempatan memperbesar ekspansinya ke negara-negara yang sebelumnya dikuasai Eropa.
Setelah itu Jepang mulai terapkan ideologi kerja sama Greater East Asia (GEA) sebagai aplikasi lebih luas dari Doktrin Monroe Jepang.
Ide tersebut juga diaplikasikan di mana saja, termasuk dalam kerja sama ekonomi dan struktur pemerintahan.
Kemudian Tokyo mendefinisikan kebijakan tersebut sebagai "aturan internasional berdasarkan kepentingan setara".
Menggunakan simbolisme tradisional Jepang berupa Hakko ichiu atau 'delapan sudut dunia di bawah satu atap', Jepang mulai terapkan kebijakan ekspansi bersenjata.
Gerald Haines menjelaskan dalam "American Myopia and the Japanese Monroe Doctrine, 1931-1941" jika motivasi utama GEA adalah "mengamankan Asia Timur untuk kemajuan ekonomi Jepang".
Ethel Dietrich juga jelaskan dalam "Closing Doors Against Japan" jika ekspor Jepang mulai ditekan dengan batasan perdagangan Barat.
Untuk memastikan jika Tokyo mengamankan suplai bahan mentah dan juga perdagangan produk hilir, Jepang berharap menciptakan jalur perdagangan ekonomi dan komersial yang akan tahan terhadap tekanan ekonomi dari luar.
Mereka meniru Inggris dan AS yang stabil dan berkembang pesat.
Komentar