Serangan itu memiliki nuansa militer.
Penjaga Pantai Tiongkok bukanlah badan penegakan polisi sipil. Sebaliknya, itu dikendalikan oleh Angkatan Laut PLA.
Dan analis internasional mengatakan armada penangkapan ikan China juga bukan perusahaan sipil. Ini adalah milisi yang dikendalikan Negara yang dikoordinasikan oleh komisaris politik dan dilatih untuk beroperasi bersama dengan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA).
"Di banyak lokasi, Angkatan Laut CCG / Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) mencoba menormalkan keberadaan kapal mereka dan kemudian menerapkan hak penangkapan ikan dan sembilan garis putus-putus," kata seorang analis angkatan laut kepada Asia Times.
Jakarta, pada bagiannya, menolak bahkan untuk menerima adanya perdebatan - bersikeras bahwa pendiriannya sepenuhnya ditentukan oleh hukum internasional.
Ia juga berulang kali meminta China dan Amerika Serikat untuk berhenti mencoba memihak dalam perselisihan mereka.
"Perkembangan terbaru ini hanya menyoroti masalah terus-menerus yang dihadapi Indonesia dengan China yang menolak untuk mengalah pada klaim irredentistnya di Laut China Selatan," kata peneliti Institute of Defense and Strategic Studies yang berbasis di Singapura, Collin Koh.
"Daripada melihat China sebagai lebih agresif, mungkin lebih akurat untuk menggambarkan China sebagai 'masih agresif' meskipun ada perselisihan terakhir".
Artikel ini telah tayang di Sosok.id dengan judul "Ngajak Gelut? Sekonyong-konyong Klaim Perairan Natuna, Media Komunis Beijing Kini Tuding Indonesia Main Trik di Laut China Selatan"
(*)
Source | : | Sosok.id |
Penulis | : | None |
Editor | : | Siti Nur Qasanah |
Komentar