Mereka tidak suka lantaran TS telah memperkosa anak kandungnya.
"Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa 17 tahanan menjelaskan tidak suka dan benci terhadap tersangka dan merasa arogan, karena telah melakukan persetubuhan dengan anak kandung sendiri," tuturnya.
Selain itu, kapasitas sel tahanan yang padat juga diduga menjadi pemicu terjadinya penganiayaan itu.
"Ditambah sel tahanan over kapasitas, sempit, padat dan pengap mengakibatkan tahanan kurang istirahat, tidak nyaman serta mudah emosi," kata Robin.
Sebelunya pada 25 September lalu masyarakat juga sempat menghakimi tersangka TS.
Saat itu yang bersangkutan sempat diamankan oleh Kepala Desa Gempolan dan menyerahkannya ke Unit PPA Satreskrim.
Artikel ini telah tayang di tribunnewsbogor.com dengan judul Detik-detik Pemerkosa Anak Kandung Tewas Dikeroyok di Sel, Diduga Ulahnya Bikin Tahanan Lain Geram.
(*)