Tetapi miris, bandara itu hanya memiliki 1 jadwal penerbangan dalam sehari, hal itupun berlangsung sejak 2017 menurut berita tahun 2019.
Jumlah penumpangnya pun hanya kisaran belasan orang, dan pemandangan sepi sunyi adalah hal umum di bandara itu.
Ruang tunggu yang kosong, meja check-in yang tidak ada staf, mesin sinar X di imigrasi yang dimatikan.
"Kami tidak yakin apa yang ada dalam benak pemerintah, ketika mereka membangunnya," jelas akademisi RMIT James Scambary, otoritas di Timor Leste.
Bahkan beberapa orang bertanya-tanya mengapa bandara itu dibangun, padahal ada banyak hal yang lebih menguntungkan untuk membelanjakan uang.
Tapi ini bukan satu-satunya proyek pembangunan yang bikin media Australia itu geleng-geleng kepala.
Hampir satu meter jauhnya, dari bandara itu, ada proyek super pembangunan jalan yang dibangun oleh konsorsium China.
Nilainya tak main-main, sekitar 500 juta dollar AS atau sekitar Rp 7,4 triliun.