Gridhot.ID -Kondisi ekonomi negara Timor Leste belakangan ini tengah menjadi perbincangan.
Pasalnya, pertumbuhan ekonomi Timor Leste paling lambat dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya.
Ladangminyak yang menjadi andalan bagi Timor Leste bahkan diperkirakan bakal kering tahun 2022.
Jumlah pengeluaran yang tidak sesuai dengan pendapatan itu membuat Bumi Lorosae terancam bangkrut.
Media Australia Abc.net.au, membongkar kebobrokan pemerintah Timor Leste dalam mengelola keuangan.
Salah satunya adalah beberapa pembangunan yang dinilai mubazir.
Hal itu bahkan membuat media Australia keheranan dengan negeri kecil tersebut, yang dengan mudahnya membelanjakan uang negara.
Pada 2019, misalnya ABC News menyoroti pembangunan bandara Internasional Timor Leste yang dibuka sejak 2017.
Bandara itu dibangun dengan biaya sekitar 120 juta dollar AS, atau sekitar Rp 1,2 triliun.
Ya, kedengarannya mungkin bagus memiliki bandara bertaraf internasional untuk negara kecil sekelas Timor Leste.
Tetapi miris, bandara itu hanya memiliki 1 jadwal penerbangan dalam sehari, hal itupun berlangsung sejak 2017 menurut berita tahun 2019.
Jumlah penumpangnya pun hanya kisaran belasan orang, dan pemandangan sepi sunyi adalah hal umum di bandara itu.
Ruang tunggu yang kosong, meja check-in yang tidak ada staf, mesin sinar X di imigrasi yang dimatikan.
"Kami tidak yakin apa yang ada dalam benak pemerintah, ketika mereka membangunnya," jelas akademisi RMIT James Scambary, otoritas di Timor Leste.
Bahkan beberapa orang bertanya-tanya mengapa bandara itu dibangun, padahal ada banyak hal yang lebih menguntungkan untuk membelanjakan uang.
Tapi ini bukan satu-satunya proyek pembangunan yang bikin media Australia itu geleng-geleng kepala.
Hampir satu meter jauhnya, dari bandara itu, ada proyek super pembangunan jalan yang dibangun oleh konsorsium China.
Nilainya tak main-main, sekitar 500 juta dollar AS atau sekitar Rp 7,4 triliun.
Jalan raya sepanjang 33 km itu menghubungkan Suai ke jalan tanah bergelombang yang mengarah ke desa kecil yang dikelilingi pertanian.
Ketika musim hujan jalan raya tersebut hampir tidak bisa digunakan.
Tanah longsor besar-besaran di salah satu ujungnya sepenuhnya memblokir jalan menuju Timur pada Januari 2019.
Lebih ironis lagi, ada lubang besar yang membuat lalu lintas yang ada mengemudi pada sisi yang salah.
Baik bandara maupun jalan raya itu, adalah proyek rugi yang dibangun dengan biaya besar, totalnya mencapai Rp 8,6 triliun.
Meski demikian, Timor Leste percaya diri dan menyebut bahwa proyek itu adalah kunci sukses untuk ekonomi jangka panjangnya.
Kedua proyek infrastruktur tersebut adalah bagian dari proyek Tasi Mane yang dipimpin Xanana Gusmao.
Sementara itu, pendapatan terbesar Timor Leste berasal dari ladang minyak Bayu-Undan yang makin hari makin mengering.
Selain itu mereka bertekad untuk membangun ladang minyaknya sendiri, ketimbang begantung pada royalti.
Padahal semua itu akan membutuhkan biaya 16 miliar dollar AS (Rp 239 triliun), jumlahnya sama dengan anggaran tahunan untuk menutupi kesehatan, pendidikan, dan layanan penting lainnya.
Artikel ini telah tayang di Intisari online dengan judul: "Pantas Saja Timor Leste Terancam Bangkrut, Nekat Utang Rp7,4 triliun dari China Saja Hanya Untuk Sesuatu Tidak Menguntungkan Ini, Media Australia Geleng-geleng Kepala."
(*)