Laporan Wartawan GridHot, Desy Kurniasari
GridHot.ID - Vanuatu belakangan menjadi perbincangan hangat.
Pasalnya, dalam Sidang Umum PBB beberapa waktu lalu, perwakilan Vanuatu berhasil mendapat pukulan telak dari perwakilan RI, Silvany Austin Pasaribu.
Melansir GridHype, pukulan telak tersebut didapat lantaran Vanuatu dianggap telah mencampuri urusan dalam negeri Indonesia terkati Papu.
Dalam sidang Umum PBB perwakilan Vanuatu menyinggung soal pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang dilakukan Pemerintah Indonesia terhadap masyarakat Papua.
Silavany, selaku perwakilan Pemerintah Indonesia pun menegaskan jika Vanuatu bukanlah perwakilan dari warga Papua saat menyampaikan hak jawan atas tuduhan pelanggaran HAM.
"Anda bukanlah representasi dari orang Papua, dan berhentilah berfantasi untuk menjadi salah satunya," kata Silvany dalam sidang tersebut.
Dalam rekaman video resmi PBB, Silvany menyebut Vanuatu memiliki obsesi yang berlebihan dan tidak sehat tentang bagaimana Indonesia harus bertindak atau memerintah negaranya sendiri.
Karena diketahui sebelumnya, hampir setiap tahun dalam Sidang Umum PBB, Vanuatu selalu menyinggung isu dugaan pelanggaran HAM yang dialami masyarakat Papua.
Pada 2016 dan 2017 silam, Vanuatu juga sempat meminta diadakannya penyelidikan Dewan HAM PBB terhadap situasi di Papua.
Berlanjut pada 2018, Vanuatu kembali menyerukan referendum.
Ini merupakan tuduhan yang dianggap Indonesia sengaja digaungkan untuk mendukung separatisme.
“Indonesia akan membela diri dari segala advokasi separatisme yang disampaikan dengan kedok kepedulian terhadap hak asasi manusia yang artifisial,” kata Silvany.
Atas aksinya tersebut, Silvany pun mengundang decak kagum publik di Tanah Air dan membuat publik penasaran terhadap sosoknya.
Namun demikian, rupanya pukulan telak bagi Vanuatu itu berbuntut panjang.
Pasalnya, netizen Indonesia diketahui memberondong media sosial milik Vanuatu dengan komentar bernada rasis.
Dilansir dari Kompas TV, pihak berwenang Vanuatu memberikan tanggapan atas komentar bernada rasis dalam bahasa Indonesia di media sosial yang mempromosikan pariwisata negaranya.
Vanuatu Tourism Office mengatakan pihaknya yakin telah menjadi target "perilaku tidak otentik yang terkoordinasi" di sejumlah akun media sosial mereka, seperti Facebook dan Instagram.
Kepada program ABC Radio Pacific Beat, Nick Howlett, manajer komunikasi Vanuatu Tourism Office mengatakan pihaknya tidak terkejut dengan ratusan komentar yang mereka terima.
Nick menjelaskan meskipun tidak sering terjadi, tapi komentar-komentar serupa pernah mereka lihat sebelumnya setiap kali pemimpin atau politisi Vanuatu mengangkat masalah Papua.
"Beberapa di antaranya terlihat sebagai perilaku tidak autentik yang terkoordinasi, karena tidak terlihat asli … dan tidak merefleksikan tindakan yang biasanya terjadi," ujar Nick kepada radio ABC.
Usai perwakilan RI Silvany Austin Pasaribu menjawab keras tuduhan PM Vanuatu Bob Loughman, soal isu Papua di PBB, ratusan komentar yang bernada rasis dengan Bahasa Indonesia memborbardir akun sosial media pariwisata Vanuatu.
Pihak Vanuatu menduga, jika banyak akun yang memberikan komentar sebagai akun yang baru dibuat atau akun bot, karena mereka belum mengunggah foto di profil mereka atau bahkan tak memiliki 'follower' sama sekali. (*)