Laporan Wartawan GridHot, Desy Kurniasari
GridHot.ID - Beberapa waktu lalu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Edhy Prabowo.
Penangkapan tersebut terjadi di Bandara Soekarno Hatta pada Rabu (25/11/2020) dinihari usai sang menteri pulang dari lawatannya ke Amerika Serikat.
Mengutip Kompas.com, Presiden Joko Widodo memiliki penyikapan yang berbeda kala Edhy Prabowo yang merupakan menteri dari Partai Gerindra tersandung kasus korupsi izin ekspor benih lobster di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Edhy diduga menerima suap terkait izin ekspor bibit lobster senilai Rp 3,4 miliar dan 100.000 dollar AS melalui PT Aero Citra Kargo (PT ACK).
Meskipun Edhy Prabowo telah menyampaikan surat pengunduran diri pada 26 November, hingga seminggu berselang, Jokowi belum menunjuk orang nomor satu di KKP.
Artinya, surat pengangkatan untuk Edhy Prabowo selaku Menteri Kelautan dan Perikanan masih berlaku.
Baca Juga: 'Prabowo Sangat Kecewa dengan Edhy Prabowo, Anak yang Dia Angkat dari Selokan 25 Tahun Lalu'
Melansir Kompas TV, penyidik KPK melakukan pemeriksaan terhadap tersangka Edhy Prabowo, Kamis (3/12/2020).
Pemeriksaan kali ini untuk mengkonfirmasi sejumlah barang yang disita saat OTT KPK maupun dari pengeledahan di rumah dinas.
Edhy mengakui sejumlah barang mewah yang dibelinya bersama istri Iis Rosita Dewi di Hawaii, Amerika Serikat beberapa waktu lalu berhubungan dengan kasus dugaan suap izin ekspor benih lobster.
Namun untuk 8 unit sepeda yang disita KPK dari pengeledahan rumah dinas, Edhy mengaku barang tersebut tidak ada hubungannya dengan kasus.
“Saya dikonfrontasi dengan bukti-bukti, itu saya akuin semuanya. Barang-barang yang saya belanjain di Amerika. Baju, apa, semuanya,” ujar Edhy usai pemeriksaan di gedung KPK, Kamis (4/12/2020).
“Yang di rumah (dinas) saya itu yang disita penyidik. Tidak ada hubungannya," sambung Edhy.
Sebelumnya KPK menyita sejumlah barang mewah saat menciduk Edhy Prabowo di Bandara Soekarno Hatta dalam operasi tangkap tangan, Rabu (25/11/2020) dini hari.
Berbagai barang mewah, seperti jam tangan Rolex, tas Tumi dan Louis Vuitton, baju Old Navy hingga sepeda road bike.
Barang mewah itu diduga dibeli dari hasil suap yang diterima Edhy. KPK menduga, Edhy dan istri telah menghabiskan Rp750 juta untuk berbelanja di Hawaii.
Saat pengeledahan rumah dinas, KPK menyita dokumen, bukti elektronik, 8 unit sepeda serta uang berjumlah Rp4 miliar. KPK juga mengeledah ruang kerja Edhy Prabowo di Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Dalam penggeledahan tersebut, penyidik berhasil menemukan dan mengamankan sejumlah barang berupa uang tunai dalam bentuk mata uang rupiah dan mata uang asing yang saat ini masih dilakukan penghitungan.
Salah satu kantor milik PT Aero Citra Kargo di Jakarta Barat juga ikut digeledah KPK pada Senin (30/11/2020) hingga Selasa (1/12/2020) dini hari.
Adapun barang yang ditemukan dan diamankan tim di antaranya adalah beberapa dokumen terkait dengan ekspor benih lobster dan bukti elektronik.
Sementara itu, dilansir dari rri.co.id, sejak Edhy Prabowo, nonaktif menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan dan juga Waketum Partai Gerindra, karena kasus dugaan korupsi perizinan ekpor benih lobster.
Ketum Gerindra Prabowo Subianto belum juga muncul ke publik menanggapi kasus tersebut.
Bahkan, sang adik Prabowo, yakni Hashim Djojohadikusumo yang merupakan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra justru tampil ke publik dan memberi peringatan keras kepada seluruh kader berlambang kepala burung garuda itu agar jangan sampai mengulang kasus serupa.
"Keluar dong, ke mana nih Prabowo," kata mantan Wakil Ketum Partai Gerindra Arief Poyuono, Sabtu (5/12/2020).
Diketahui, Hashim mengklaim, partainya selalu berusaha menjadi partai yang bersih dan transparan. Terbukti, ungkap Hashim, partainya pernah mendapatkan penghargaan dari ICW (Indonesia Corruption Watch).
Namun, semua keberhasilan tersebut seolah lenyap karena kasus yang menimpa salah satu kadernya yakni Edhy Prabowo yang ditangkap KPK usai kunjungan ke Amerika Serikat. (*)