Menariknya, dalam riset kami, berdasarkan analisis asal virus, tiga virus dengan mutasi D614G dari Yogyakarta dan Jawa Tengah tersebut membentuk klaster tidak hanya dengan virus dari benua Asia, tapi juga dengan virus dari benua Eropa.
Sedangkan virus satunya (L) membentuk klaster dengan virus dari benua Asia saja.
Klaster di sini berarti virus mempunyai susunan kode genetik yang sama.
Saat ini karena sudah menjadi pandemik, sulit untuk melacak asal muasal virus tersebut. Sehingga kurang relevan saat ini untuk mendiskusikan asal virus SARS-CoV-2.
Baca Juga: Pesan Jokowi untuk Wamenkes yang Baru, Percepat Vaksinasi Demi Peroleh Herd Immunity yang Lebih Baik
Masih Diteliti
Menurut Gunadi, Pengaruh mutasi D614G terhadap pengembangan vaksin sampai saat masih diteliti lebih lanjut.
Belum ada pihak yang bisa memastikan bahwa vaksin akan bermanfaat untuk semua jenis mutasi SARS-CoV-2.
Riset-riset yang ada masih bersifat kontroversial. Misalnya, sebuah penelitian menunjukkan bahwa plasma pasien Covid-19 yang mengandung antibodi mampu melemahkan kedua jenis virus SARS-CoV-2 baik dengan atau tanpa mutasi D614G.
Namun sebaliknya, riset lain menunjukkan bahwa sekitar 7 persen plasma pasien Covid-19 yang mengandung antibodi menunjukkan penurunan kemampuan melemahkan virus SARS-CoV-2 dengan mutasi D614G.
Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa adanya mutasi D614G belum terbukti berpengaruh signifikan terhadap pengembangan vaksin corona saat ini.
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Apa itu virus D614G yang Disebut Varian Baru Virus Corona? Berikut Penjelasan Lengkapnya (*)
Source | : | Surya.co.id |
Penulis | : | None |
Editor | : | Desy Kurniasari |
Komentar