Gridhot.ID -Video Gubernur Bali tiup lilin dan suap-suapan tumpeng menggunakan sendok yang sama viral di media sosial.
Video yang diunggah akun Twitter @bagasta8 itu memperlihatkanacara syukuran DPD PDI Perjuangan di Bali.
Video berdurasi 4 menit 20 detik ini sempat viral di media sosial dan menjadi pembicaraan di kalangan netizen.
Dalam video, Gubernur Bali I WayanKoster bersama dua orang meniup lilin yang sama dengan melepas masker.
Seusai meniup lilin, sang gubernur langsung memotong tumpeng dan menyuapkan makanan ke salah seorang peserta acara.
Masih menggunakan sendok yang sama, Koster juga menyuapkan makanan ke peserta acara lainnya.
Acara tersebut menjadi sorotan publik mengingat Indonesiamasih berada dalam masa pandemi Covid-19.
Ketua DPD PDIP Bali I WayanKoster angkat bicara terkait video acara tiup lilin dan potong tumpeng yang viral.
Acara itu rupanya digelar di Sekretariat PDI-P Bali pada Sabtu (23/1/2021), setelah Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) di6 kabupaten dan kota menetapkan kepala daerah terpilih.
Koster menjelaskan acara diikuti oleh 25 peserta dan telah menjalani rapid test antigen sebelum acara. Seluruh peserta pun dinyatakan negatif Covid-19.
Koster mengatakan semua peserta mengikuti protokol kesehatan dengan menggunakan masker dan menjaga jarak.
Namun, hanya saat di sesi acara tumpengan tersebut para peserta membuka masker.
"Sebelum dan sesudahnya masker tetap dipakai," kata dia.
Koster mengaku sempat menggunakan satu sendok untuk menyuapi potongan tumpeng kepada2 bupati terpilih yang hadir dalam acara itu.
Mereka adalah Bupati Badung terpilih Nyoman Giri Prasta dan Bupati Karangasem terpilih I Gede Dana.
Sementara, tokoh PDI-P Bali yang lainnya menerima potongan tumpeng disuap menggunakan sendok yang berbeda.
"Karena spontan dan cepat, sempat terjadi satu sendok dipakai untuk dua orang, sisanya yang tujuh orang memakai sendok yang semuanya berbeda," kata Koster yang juga Gubernur Bali dalam keterangan tertulis, Senin (25/1/2021) dikutip dari Kompas.com.
Acara tiup lilin, kata dia, dilakukan memperingati hari ulang tahun partai dan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.
"Saya pastikan tidak ada yang dilanggar, protokol kesehatan dilaksanakan dengan sangat tertib," kata Koster.
Wakil Ketua Organisasi Kaderisasi dan Keanggotaan DPD PDI-P Bali, I Wayan Sutena juga mengatakan tak ada pelanggaran protokol kesehatan dalam acara itu.
"Tidak ada, kami taat patuh, apalagi petugas partai menjadi gubernur, bupati ada yang jadi ketua DPR, ada yang baru terpilih. Itu semua melaksanakan (prokes)," kata Sutena, saat dihubungi Kompas.com, Senin (25/1/2021).
Soal momen Koster menyuapi tumpeng Giri Prasta dan I Gede Dana menggunkaan sendok yang sama, Sutena mengatakan, hal tersebut terjadi karena spontanitas.
Kemudian, hal itu diingatkan oleh petinggi PDI-P lainnya yakni IGN Jaya Negara. Setelah itu, mereka disuapi tumpeng dengan sendok yang berbeda.
"Saat melakukan tumpengan langsung itu, nyuapin ke Pak Giri lalu spontanitas disuapin ke Pak Gede Dana. Kemudian, wali kota terpilih (Jayanegara) ngeh (diingatkan), itu sendoknya tidak lagi dilanjutkan itu," kata dia.
Terkait tiup lilin, menurutnya juga dilakukan secara spontanitas.
"Gimana sih, namanya tiup lilin kan harusnya buka mulut, sehingga spontanitas menyanyikan lagu selamat ultah, disela Pak Giri, jangan langsung tiup lilin, kita nyanyi dulu. Ini semua terjadi tanpa rekayasa," kata dia.
Harus disanksi
Ahli epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) Windhu Purnomo meminta pemerintah melayangkan sanksi kepada mereka yang terlibat dalam acara tersebut.
"Mereka harus diberi sanksi dong. Kan mereka sebagai tokoh partai, yang berarti tokoh publik yang mampu menjadi teladan bagi masyarakat luas," kata Windhu saat dihubungi Kompas.com, Senin (25/1/2021).
Menurut dia, meski acara digelar di ruangan berkapasitas 350 orang dan hanya dihadiri oleh 20 peserta, tak menutup kemungkinan adanya paparan virus corona.
Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman juga menyayangkan adanya pihak yang tetap menggelar acara dan menimbulkan kerumunan di tengah pandemi.
Dicky menilai, penerapan protokol kesehatan hingga kewajiban tes Covid-19 tidak dapat dijadikan alasan. Sebab, hal tersebut tidak menjamin penularan virus berhenti total.
"Ini salah kaprah, dalam hal protokol kesehatan dan juga masalah tes ini. Terkesan seperti tools-tools ajaib. Ini berbahaya sekali," kata Dicky, Senin (25/1/2021).
Menurut Dicky, masih banyak masyarakat yang salah memahami fungsi protokol kesehatan dan tes Covid-19.
Ia menuturkan, protokol kesehatan merupakan upaya mencegah penyebaran, sedangkan tes Covid-19 untuk mengetahui seseorang terinfeksi virus atau tidak.
Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin, beberapa waktu lalu, sempat mengingatkan bahwa para pejabat dan figur publik harus jadi contoh dalam penerapan protokol kesehatan.
"Baik figur publik maupun masyarakat secara luas patut menjadi contoh yang baik dalam penerapan protokol kesehatan. Terlebih sesudah mendapatkan kesempatan didahulukan dalam proses vaksinasi ini, protokol kesehatan tetap wajib di jalankan," kata Azis dalam keterangan pers, Jumat (15/1/2021).
Hingga Senin (25/1/2021), jumlah kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 999.256. Sebanyak 28.132 pasien Covid-19 meninggal dunia dan 809.488 pasien sembuh.
Di Bali sendiri, secara kumulatif, ada 23.798 kasus Covid-19 dengan 20.318 sembuh dan 637 meninggal dunia.
(*)