Laporan Wartawan GridHot, Desy Kurniasari
GridHot.ID - Hingga kini, pandemi virus corona masih terus menjadi momok mengerikan bagi penduduk dunia.
Bahkan setiap harinya terdapat penambahan kasus di berbagai belahan dunia.
Belum lama ini, diberitakan bahwa tenaga medis China dipaksa untuk bungkam mengenai bahayanya virus covid-19 ini.
Namun, baru-baru ini, kembali beredar pengakuan dari penduduk Wuhan yang juga dipaksa bungkam oleh pemerintah China.
Mengutip Serambinews.com, virus Covid-19 yang kini menjadi pandemi global ternyata sudah diketahui oleh petinggi laboratorium di Wuhan sejak Desember 2019 dan baru pada medio Januari 2020, mereka memberi tahu WHO tentang betapa berbahayanya virus mematikan tersebut.
Petugas medis China secara diam-diam direkam saat mengakui bahwa mereka tahu betapa berbahayanya virus corona ketika mulai mendatangkan malapetaka di Wuhan.
Mereka juga menyadari bahwa virus itu menyebar di antara manusia, tetapi rumah sakit diberitahu untuk tidak mengatakan yang sebenarnya.
Bahkan, seruan orang medis untuk membatalkan perayaan Tahun Baru Imlek ditolak karena pihak berwenang ingin menghadirkan masyarakat yang harmonis dan sejahtera.
Sementara itu, dilansir dari Daily Mail via Tribun-medan.com, Rabu (27/1/2021), kerabat korban virus corona Wuhan mengatakan pihak berwenang China telah menghapus grup media sosial mereka dan menekan mereka untuk tetap diam.
Sementara, saat ini tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berada di kota itu untuk menyelidiki asal-usul pandemi.
Puluhan kerabat telah bergabung secara online dalam upaya bersama untuk akuntabilitas dari pejabat Wuhan yang mereka salahkan karena salah menangani wabah yang melanda kota itu satu tahun lalu.
Namun, sejauh ini upaya tersebut telah digagalkan secara resmi oleh pemerintah dengan pemantauan kelompok media sosial dan intimidasi, kata keluarga terdekat.
Tetapi tekanan meningkat dalam beberapa hari terakhir.
Tampaknya hal itu bertujuan untuk memberangus kritik apa pun dan menghindari rasa malu selama penyelidikan WHO yang sangat sensitif.
Grup di platform media sosial WeChat yang digunakan oleh 80 hingga 100 anggota keluarga selama setahun terakhir tiba-tiba dihapus tanpa penjelasan sekitar 10 hari yang lalu, kata Zhang Hai, seorang anggota grup dan kritikus vokal penanganan wabah corona.
"Ini menunjukkan bahwa (otoritas China) sangat gugup. Mereka takut keluarga-keluarga ini akan berhubungan dengan ahli WHO," kata Zhang (51), yang ayahnya meninggal di awal pandemi yang diduga Covid-19.
Para ahli WHO tiba di Wuhan pada 14 Januari dan dijadwalkan keluar dari karantina 14 hari pada Kamis.
"Ketika WHO tiba di Wuhan, (pihak berwenang) secara paksa menghapus (grup itu). Akibatnya kami kehilangan kontak dengan banyak anggota," Zhang menambahkan.
Kerabat terdekat lainnya mengonfirmasi penghapusan grup. WeChat sendiri adalah platform media sosial yang dioperasikan oleh raksasa digital China Tencent.
Platform populer tersebut secara rutin menyensor konten yang dianggap tidak pantas oleh pemerintah.
Kerabat menuduh pemerintah provinsi Wuhan dan Hubei membiarkan Covid-19 lepas kendali dengan mencoba menyembunyikan wabah ketika pertama kali muncul di kota pada Desember 2019, kemudian gagal memberi tahu publik dan ceroboh dalam merespon.
Menurut angka resmi China, virus corona menewaskan hampir 3.900 di Wuhan, terhitung sebagian besar dari 4.636 kematian yang dilaporkan Tiongkok.
Namun, banyak kerabat dekat yang tidak mempercayai angka-angka itu.
Mereka mengatakan kelangkaan pengujian pada hari-hari awal wabah yang kacau membuat banyak orang kemungkinan besar telah meninggal tanpa dipastikan mengidap penyakit tersebut.
Meskipun China telah mengendalikan pandemi secara luas di negaranya, China telah menggagalkan upaya independen untuk melacak asal-usulnya.
Sebaliknya, China malah berusaha untuk melempar kesalahan atas korban manusia dan ekonomi dunia yang mengerikan dengan mengatakan, tanpa bukti, bahwa virus corona muncul di tempat lain.
Tim ahli virus WHO akhirnya diizinkan masuk ke Wuhan dua pekan lalu.
Penyelidikan mereka yang sangat diawasi terhadap asal-usul virus akan dimulai pada hari Kamis, di bawah keamanan yang ketat, setelah karantina 14 hari.
Anggota keluarga lain, seorang pensiunan yang mengatakan putrinya yang sudah dewasa meninggal karena virus Januari lalu, mengatakan pekan lalu dia dipanggil oleh pihak berwenang dan diperingatkan untuk tidak "berbicara dengan media atau dimanfaatkan oleh orang lain".
Pihak berwenang mendatangi rumahnya pada hari Selasa "dan mengatakan hal lama yang sama dan memberi saya 5.000 yuan ($ 775) sebagai pembayaran belasungkawa", tambah anomin itu.
Pemerintah Partai Komunis menahan segala sesuatu yang mencerminkan pemerintahannya secara buruk, dan hari-hari awal wabah tetap menjadi salah satu topik paling sensitif di China saat ini.
Beberapa kerabat Wuhan telah mencoba mengajukan tuntutan hukum untuk meminta kompensasi dan hukuman bagi para pejabat, tetapi mengatakan pengadilan telah menolaknya.
Pemerintah Wuhan berulang kali gagal menjawab pertanyaan AFP terkait keluarga dan tuntutan mereka.
Zhang meminta para ahli WHO untuk 'berani' bertemu dengan kerabat terdekat, mengatakan para penyelidik kemungkinan akan disesatkan atau dihalangi oleh otoritas China.
Dia mengatakan pengetahuan keluarga yang diperoleh dengan susah payah tentang bagaimana virus itu dimainkan dapat membantu penyelidikan, meskipun dia mengakui pertemuan seperti itu sangat tidak mungkin. (*)
Source | : | Serambinews.com,TRIBUN-MEDAN.com |
Penulis | : | Desy Kurniasari |
Editor | : | Desy Kurniasari |
Komentar