Penularan virus disebabkan kontak langsung manusia dengan babi sakit atau jaringan yang terkontaminasi.
Dosen Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Dr dr Agung Dwi Wahyu Widodo MSi MKedKlin SpMK mengungkapkan, virus ini berpotensi menjadi pandemi kedua.
Karena sifat virus dan cara penularannya mirip dengan SARS-CoV-2.
"Gejala yang ditimbulkan menyerupai influenza seperti badan meriang, demam, hingga otot-otot terasa nyeri. World Health Organization (WHO) dalam situsnya menyebutkan bahwa tingkat kematian pada virus ini diperkirakan mencapai 75 persen," urainya.
Ada beberapa hal yang mengakibatkan tingkat kematiannya mencapai 75 persen.
Baca Juga: Ketok Palu Perceraian Belum Terdengar, Rohimah Justru Sebut Akan Terima Kiwil Lagi: Insya Allah...
Pertama, penanganan yang kurang komperhensif.
Kedua, gejala yang tidak umum dan kejadian yang terjadi sangat cepat.
Ketiga, belum ditemukannya vaksin atau obat untuk virus ini.
“Pandemi bisa terjadi karena meski diakibatkan oleh kelelawar buah, tapi sudah terjadi penularan dari orang ke orang. Masa inkubasinya juga mirip dengan SARS-CoV-2, yaitu sekitar 5 sampai 14 hari,” urainya.
Selain itu, vaksin untuk virus ini juga belum ditemukan. Sehingga pencegahannya bisa terlambat