Para demonstran menuntut agar hasil pemilu tahun lalu, yang dimenangkan secara telak oleh partai Liga Nasional untuk Demokrasi Aung San Suu Kyi, dihormati.
“Yang saya harapkan, sebagai warga negara Myanmar, adalah berdiri dengan kebenaran. Kami tidak bisa menunggu satu tahun," kata seorang demonstran, Han Ni seperti yang dikutip dari AP pada Selasa (23/2/2021).
Laporan kantor berita internasional, yang diterbitkan pada Senin (22/2/2021), memicu kekecewaan di antara para pendukung gerakan protes anti-kudeta.
Dikatakan Indonesia sedang berusaha agar sesama anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara menyetujui rencana aksi untuk memenuhi keinginan junta, yaitu mengadakan pemilihan yang bebas dan adil dalam waktu satu tahun ke depan.
Sementara itu, kelompok yang terdiri dari Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, Amerika Serikat dan Uni Eropa, mengutuk kekerasan yang dilakukan oleh pasukan keamanan Myanmar dan menuntut mereka bertindak dengan menahan diri sesuai standar internasional atas nama hak asasi manusia.
"Siapapun yang menanggapi protes damai dengan kekerasan harus dimintai pertanggungjawaban," kata mereka.
4. South China Morning Post (SCMP)
SCMP, melaporkan para tuntutan sejumlah massa protes anti-kudeta yang menentang langkah Indonesia.
"Tidak ada alasan kami menginginkan pemilu ulang, kami telah melakukan pemilu dengan adil dan jujur pada 2020," ujar Thet Htoo Aung (26 tahun), salah satu demonstran kepada SCMP yang dilansir pada Selasa (23/2/2021).
"Tolong hargai pilihan kami. Itu benar-benar suara kami dan kami tidak berniat melakukan pemilihan lagi," tandasnya.
Source | : | Kompas.com,Kontan.co.id |
Penulis | : | Nicolaus |
Editor | : | Nicolaus |
Komentar