Menurut HRW, berdasarkan laporan, operasi tersebut tampaknya merupakan rencana terkoordinasi oleh pihak berwenang.
“Insiden ini jelas merupakan bagian dari kampanye kontra-pemberontakan pemerintah yang semakin brutal yang bertujuan untuk menghilangkan pemberontakan komunis," ucap Phil Robertson, wakil direktur HRW Asia.
Pada hari Jumat lalu, Presiden Dutertememerintahkan operasi "kontra pemberontakan" terhadap pemberontak komunis di Mindanao.
"Saya telah memberi tahu militer dan polisi bahwa jika mereka terlibat pertempuran bersenjata dengan pemberontak komunis, bunuh mereka."
"Pastikan Anda benar-benar membunuh mereka dan menghabisi mereka jika mereka masih hidup," kata Duterte.
“Pastikan untuk mengembalikan jenazah mereka ke keluarga masing-masing."
"Lupakan hak asasi manusia. Itu pesan saya."
"Saya bersedia masuk penjara, itu tidak masalah. Saya tidak ragu melakukan hal yang harus saya lakukan. "
Pemberontak komunis telah berperang melawan pemerintah sejak 1968. Ini adalah salah satu pemberontakan Maois terlama di dunia.
Menurut militer, pemberontakan tersebut telah menewaskan lebih dari 30.000 orang.