Setelah menjabat, Duterte memerintahkan pembicaraan langsung dengan komunis.
Namun itu malah mengakibatkan bentrokan sengit antara pasukan pemerintah dan pemberontak pada tahun 2017.
Duterte lantas membatalkan proses perdamaian dan kemudian menandatangani proklamasi yang melabeli pejuang komunis tersebut sebagai "teroris".
Dia juga membujuk pasukan pemerintah untuk menembak pemberontak perempuan di alat kelamin mereka sebagai hukuman dan menawarkan hadiah untuk setiap pemberontak yang terbunuh.
Pada 2018, satuan tugas khusus dibentuk oleh presiden untuk menargetkan para pemberontak dan pendukungnya.
Hasilnya, dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah aktivis, pengacara, dan dokter ditembak mati.
Itu terjadi setelah mereka terlihat di kehidupan dan di media sosial sebagai simpatisan komunis dan pemberontak komunis yang aktif.(*)
Source | : | intisari,Serambinews.com |
Penulis | : | Nicolaus |
Editor | : | Nicolaus |
Komentar