Desember lalu, Indonesia mengundang Elon Musk untuk menggunakan sebagian Pulau Biak sebagai lokasi peluncuran roket.
Namun, masyarakat Papua di pulau tersebut percaya bahwa proyek tersebut akan merusak ekosistem, meningkatkan deforestasi, dan mengancam mata pencaharian masyarakat.
"Peluncur roket akan menyebabkan kita kehilangan tempat berburu hewan liar, mempengaruhi gaya hidup kita yang melekat pada alam," kata Manfun Sroyer, Kepala Suku Papua di Pulau Biak.
"Berapa pun uang yang ditawarkan, kami tetap menolak untuk setuju," katanya.
Pernah menjadi koloni Belanda, pada tahun 1963, Biak dimasukkan ke Indonesia.
Pesisir timur pulau itu menghadap Samudera Pasifik dan terletak hanya satu garis lintang di bawah garis khatulistiwa.
Menurut para ahli, roket yang diluncurkan dari Biak akan menghemat banyak bahan bakar untuk memasuki orbit Bumi.
Miliarder Grup SpaceX Elon Musk ingin meluncurkan sekitar 12.000 satelit ke luar angkasa pada tahun 2026.
Biak adalah posisi terdepan yang dipilih oleh miliarder AS untuk membangun situs peluncuran roket dengan satelit.
Badan antariksa Rusia Roscomos juga berencana membangun situs rudal berskala besar di Pulau Biak.