Secara total, militer mengatakan 164 orang telah tewas dalam unjuk rasa, sedangkan kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik (AAPP) menyebutkan jumlah korban tewas sedikitnya 261.
Meski pada Selasa (23/3/2021) militer Myanmar telah menyatakan kesedihan terhadap kematian ratusan warga.
Tetapi pihak militer tetap ogah disalahkan dengan alasan warga yang berunjuk rasa membuat anarki di negaranya.
Bahkan pasukan keamanan diketahui juga menggunakan senjata api untuk melawan pengunjuk rasa.
Tak sampai di situ saja, pihak keamanan juga sampai nekat memasuki rumah-rumah warga dengan alasan untuk menangkap aktivis serta pengunjuk rasa.
Melansir dari BBC, menurut kakak perempuan gadis 7 tahun tersebut saat kejadian polisi dedang menggeledah seluruh rumah di lingkungan tempat tinggalnya.
Kejadian itu terjadi pada hari Selasa (23/3/2021) sore saat dimana pihak kepolisian masuk kerumah warga untuk mencari senjata dan menangkap warga.
"Mereka menendang pintu untuk membukanya," kata May Thu Sumaya, 25 tahun. "Ketika pintunya terbuka, mereka bertanya kepada ayah saya, apakah ada orang lain di rumah itu?"
Ketika dia mengatakan tidak, mereka menuduhnya berbohong dan mulai menggeledah rumah, kata May.