Setelah kudeta 1 Februari yang menghancurkan demokrasi Myanmar, junta militer telah berpaling dari Indonesia dan pilih meniru Thailand.
Pemimpin senior militer Jenderal Min Aung Hlaing meminta bantuan untuk "mendukung demokrasi" darieksJenderal yang menjadi Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-Ocha yang pada 2014 juga menggulingkan pemerintahan demokratis lewat kudeta.
Secara bersejarah, ada beberapa tanda kemiripan antara militer Myanmar dan Indonesia.
Keduanya berperang untuk kemerdekannya, mengasingkan penjajah kolonial dan dalam prosesnya mendapatkan pengakuan seluruh negara.
Keberhasilan ini mendasari kedua militer memainkan peran besar dalam politik masing-masing negara.
Para pengunjuk rasa memegang papan demo saat menentang kudeta militer di depan Kedutaan Besar Indonesia di Yangon pada 23 Februari 2021.
Kedua militer juga memiliki kepentingan bisnis tertentu, yang seolah-olah untuk membantu menutupi kekurangan dari anggaran negara yang ketat.
Dalam hal ini, militer Myanmar memiliki aktivitas bisnis lebih besar.
Militer kedua negara juga menghadapi tuduhan pelanggaran HAM hebat.
Serta, kedua negara telah dipimpin oleh militer meskipun dalam waktu yang singkat.
Indonesia dipimpin militer pada 1945 dan Myanmar pada 1948.