Namun, seorang budawan senior Universitas Gadjah Mada, Dr. Umar Khayam (alm) pernah berteori perihal awal mula prosesi yang lekat di masyarakat Jawa ini.
Menurutnya, prosesi sungkeman merupakan bagian dari akulturasi budaya Jawa dan Islam, sama seperti budaya mudik dan perayaan lebaran.
Kearifan para ulama di Jawa mampu memadukan kedua budaya demi kerukunan dan kesejahteraan masyarakat saat itu.
Mengenai sungkeman, dikatakan sejak awal sungkem telah dilakukan anak-anak Jawa kepada orang yang lebih tua.
Mereka melakukannya sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang lebih tua atau dituakan.
Sementara, para ulama menginginkan tradisi sungkeman dilakukan agar tujuan puasa Ramadan tercapai.
Selain itu, sungkeman diharapkan dapat memantik budaya saling memaafkan secara massal, dengan harapan dosa-dosa dan kesalahan yang mungkin dilakukan antar manusia, dapat terhapus dan berguguran.
Akhirnya, ide tersebut dijalankan secara kolektif, hingga menjadi sebuah kebudayaan di masyarakat Nusantara, seiring berkembangnya Islam ke segala penjuru pada waktu itu.
Sementara sungkem sendiri, yang telah menjadi tradisi lebaran di Indonesia sejak dulu, punya makna mendalam.