Satu yang pasti, pala saat itu mempunyai harga yang mahal. Bahkan, harga pala saat itu lebih mahal dari emas.
Sejarah pala juga begitu kelam, lantaran diperebutkan oleh Spanyol, Portugis, Belanda, dan Inggris.
Negara-negara ini rela menjelajah dunia untuk mencari sumber pala terbaik, tak lain di Kepulauan Banda.
Pala sebagai pencegah pandemi
Salah satu faktor menarik bagi bangsa Eropa pada saat itu adalah kelangkaan.
Sebagai perbandingan masa kini, kelangkaan yang sama bisa kamu temukan pada satu kilogram kaviar beluga yang dihargai sekitar 10.000 poundsterling atau sekitar Rp193 juta.
Selain itu, pala juga selalu dianggap lebih dari sekadar rempah perasa.
Pada awal sejarahnya, bangsa Arab juga memperjualbelikan pala sebagai pewangi, zat perangsang, dan obat.
Dalam buku karya Penny Le Couteur dan Jay Burreson berjudul Napoleon’s Buttons, pala di abad-14 juga dipercaya sebagai pelindung wabah.
Source | : | Kompas.com,The Guardian |
Penulis | : | Nicolaus |
Editor | : | Nicolaus |
Komentar