Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Dipercaya Ampuh Tangkal Pandemi Black Death pada Abad Ke-14, Rempah Asal Indonesia Ini Kini Diburu untuk Obat Alami Covid-19, Harganya Tembus hingga Rp 193 Juta

Nicolaus - Jumat, 14 Mei 2021 | 12:42
Buah pala.
Pixabay/fietzfotos

Buah pala.

Gridhot.ID -Pala adalah rempah-rempah terkenal yang bisa kita gunakan sendiri atau berpasangan dengan rempah-rempah lain seperti cengkeh, kayu manis, atau kapulaga.

Karena rasanya yang hangat dan manis, biasanya ditambahkan ke makanan penutup, termasuk pai, roti, salad buah, kue, kue, dan custard.

Dilansir dari Kompas.com, selain menambahkan rasa ke berbagai hidangan, pala juga mengandung senyawa kuat yang dapat membantu mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.

Baca Juga: Diisukan Bakal Susul Atta Aurel Naik Pelaminan Setelah Lebaran, Ria Ricis Beberkan Fakta Sebenarnya: Mohon Doanya Saja...

Pala ini merupakan salah satu rempah yang berasal dari Indonesia khususnyaKepulauan Banda.

Dikutipdari The Guardian, sejarah pala bisa dirunut cukup panjang.

Pala sudah dikenal bangsa Arab dan diperdagangkan sejak tahun 1.000 Masehi.

Baca Juga: Dikabarkan Putus dari Gisel Setelah 3 Tahun Pacaran, Wijaya Saputra: Saya yang Menentukan Arah Hidup Saya

Dokter terkenal asal Persia saat itu, Ibnu Sina, juga mengenal pala dan menyebutnya "jansi ban" atau kacang banda.

Pala yang diperdagangkan kemudian masuk ke Venesia di Italia dan berbagai belahan dunia lainnya.

Satu yang pasti, pala saat itu mempunyai harga yang mahal. Bahkan, harga pala saat itu lebih mahal dari emas.

Sejarah pala juga begitu kelam, lantaran diperebutkan oleh Spanyol, Portugis, Belanda, dan Inggris.

Negara-negara ini rela menjelajah dunia untuk mencari sumber pala terbaik, tak lain di Kepulauan Banda.

Baca Juga: Minggat dari Istana Stefan William, Celine Evangelista Mampu Buktikan Bisa Miliki Rumah Gedong dari Keringatnya Sendiri, Penampakan Kamar Mewahnya Bikin Salfok

Pala sebagai pencegah pandemi

Salah satu faktor menarik bagi bangsa Eropa pada saat itu adalah kelangkaan.

Sebagai perbandingan masa kini, kelangkaan yang sama bisa kamu temukan pada satu kilogram kaviar beluga yang dihargai sekitar 10.000 poundsterling atau sekitar Rp193 juta.

Selain itu, pala juga selalu dianggap lebih dari sekadar rempah perasa.

Baca Juga: Muzdalifah Dikabarkan Bangkrut Hingga Suruh Anak Sulungnya Jualan Kue, Fadel Islami: Anak-anak Bisa Menghasilkan Omset Luar Biasa

Pada awal sejarahnya, bangsa Arab juga memperjualbelikan pala sebagai pewangi, zat perangsang, dan obat.

Dalam buku karya Penny Le Couteur dan Jay Burreson berjudul Napoleon’s Buttons, pala di abad-14 juga dipercaya sebagai pelindung wabah.

Buku tersebut menyebutkan, pala dianggap bisa melindungi manusia wabah Black Death yang melanda Eropa pada abad ke-14 hingga 18.

Black Death merupakan penyakit akibat bakteri yang berasal dari tikus yang terinfeksi akibat gigitan kutu.

Memakai pala yang sudah dimasukkan ke dalam kantung kecil dan dikalungkan di sekitar leher dipercaya bisa mencegah pemakainya dari terkena Black Death.

Baca Juga: Dikenal Sebagai Artis yang Doyan Nyinyir, Iis Dahlia Akhirnya Berikan Klarifikasi Mengejutkan Ini, Akui Julidnya Hanya Settingan Belaka: Aku Menghargai Kreatif

Awalnya hal itu dianggap sebagai takhayul belaka.

Namun, jika melihat reaksi kimianya, pala mempunyai aroma khusus unik yang disebabkan oleh komponen bernama isoeugenol.

Tanaman akan membentuk komponen isoeugenol sebagai insektisida alami untuk mengusir kutu.

Baca Juga: Orang Tuanya Tajir Melintir Hingga Dijuluki Sultan Andara, Siapa Sangka Rafathar Hanya Diberi Bayaran Rp 10 Ribu untuk Sekali Syuting: Kita Bilangnya Bantuin

Meski demikian, apakah pala memang benar bisa efektif mengusir wabah hingga kini tidak terbukti.

Namun, yang pasti, aroma dari pala tersebut jadi salah satu alasan kenapa pala begitu diburu.

Menyebabkan halusinasi

Dilansir dari The Guardian, tempat penjualan obat di masa lalu lebih berhati-hati dalam menangani dan menjual pala daripada rempah lainnya.

The Salerno School, salah satu sekolah medis Eropa terbaik di awal abad pertengahan, memberikan peringatan soal pala.

“Satu biji baik untukmu, sementara yang kedua akan membuat bahaya untukmu, ketiga akan membunuhmu.”

Baca Juga: Baju Couple Diduga Pertanda Cinta Terlarang, Ayus dan Nissa Sabyan Tuding Sosok Ini Biang Kerok Hingga Terjadi Kesamaan: Bandel

Ini mungkin tidak sepenuhnya benar, tetapi memang pala bisa menjadi racun dalam dosis yang besar.

Minyak dalam pala mengandung myristicin.

Dalam dosis besar, myristicin akan menyebabkan halusinasi, igauan, debaran jantung tak beraturan, rasa mual, dehidrasi, dan rasa sakit.

Baca Juga: Berani Sumpah Dulu Tak Serius Nikahi Ahmad Dhani, Mulan Jameela Ungkap Alasannya Terima Pinangan Eks Suami Maia Estianty: Sebenarnya Dipaksa...

Pala dalam jumlah tertentu bahkan bisa berakibat fatal untuk binatang, termasuk anjing.

Dalam novel karya William Burroughs berjudul Naked Lunch, ia sempat menulis bahwa ada orang-orang Amerika Selatan yang mengisap bubuk pala.

Mereka mengalami kejang, berkedut, dan bergumam saat mengigau.

Malcolm X juga mendeskripsikan para tahanan Amerika Serikat yang mengonsumsi pala dalam otobiografi miliknya.

Tak lama, pihak berwajib menemukan praktik tersebut dan melarangnya.

Baca Juga: Ungkap Pengalaman Mencekam di Palestina, Via Vallen Dengar Tembakan Tiap Malam: Aku Bawa Al Quran, Tapi Rasanya Kayak Nyelundupin Barang Haram

Reputasi pala yang bisa menghasilkan halusinasi terus ada hingga kini.

Salah satunya dalam tren terbaru yang muncul di media sosial TikTok tentang seorang remaja yang memulai tren baru mengonsumsi bubuk pala untuk kemudian merasakan efek seakan sedang mabuk.

Tren ini terbilang berbahaya, mengingat risiko yang disebutkan sebelumnya. Pala dalam jumlah tersebut dapat mengakibatkan kematian.(*)

Source :Kompas.com The Guardian

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x