1. Identifikasi bentuk pemikiran yang menyebabkan ketakutan terhadap jarum suntik yang dimiliki penderita.
Kemudian, berikan informasi yang dapat membuat mereka merasa yakin bahwa jarum suntik tidak menyakitkan.
Dengan divaksin, maka manfaat ke depan akan lebih besar.
2. Tunjukkan proses vaksinasi dengan menggunakan gambar atau video secara bertahap, sehingga penderita fobia jarum suntik mengetahui prosesnya dan mendapatkan bukti bahwa prosesnya tidak menyakitkan.
3. Persuasi kepada mereka.
Misalnya, proses penyuntikan cepat, tidak lama, dan ukuran jarum semakin kecil.
Penerapannya saat ini sudah lebih canggih sehingga tidak akan menyakitkan dan diberikan alkohol swab yang nyaman dan tidak akan keluar darah.
4. Berikan ketenangan ketika vaksinasi.
Misalnya ditemani dan boleh memegang tangan atau memeluk yang menemani.
5. Mereka yang mengalami fobia jarum suntik bisa melakukan afirmasi kepada diri sendiri secara berulang- ulang bahwa jarum suntik tidak semenakutkan dan vaksin penting bagi kesehatan di masa pandemi ini.
6. Melakukan relaksasi dengan mengatur napas sebelum vaksin dan meminta bantuan kepada petugas kesehatan yang akan melakukan suntikan vaksin untuk mengajak berbicara saat disuntik agar tidak fokus pada jarum suntik secara terus-menerus.
Sementara itu, psikolog klinis, Veronica Adesla mengatakan, penanganan orang dengan fobia vaksin bisa diberikan lebih ke arah praktis. Artinya, tindakan yang dapat mendukung terciptanya suasana yang lebih rileks saat disuntik vaksin.
Source | : | Kompas.com,intisari-online |
Penulis | : | Nicolaus |
Editor | : | Nicolaus |
Komentar