Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Stok Tidak Merata, WHO Tolak Suntikan Penguat dan Sentil Pfizer dan Moderna, Minta Negara Kaya Sumbang Vaksin Covid-19 ke Negara Miskin

Candra Mega Sari - Selasa, 13 Juli 2021 | 16:25
Vaksin Covid-19
Straits Times via EPA-EFE

Vaksin Covid-19

Gridhot.ID -Program vaksinasi Covid-19 sudah dilakukan di banyak negara di dunia.

Vaksin ini menjadi sebuah kebutuhan yang paling utama dalam upaya menangani pandemi Covid-19.

Negara di dunia saling berlomba-lomba untuk mendapatkan persediaan vaksin Covid-19.

Baca Juga: Vaksin Gotong Royong Dianggap Buka Pintu Korupsi, Bos BCA dan Indofood Angkat Bicara Beri Pemerintah Solusi, Saran Tajamnya Berharap Didengar

Akan tetapi, dalam persediaan stok vaksin Covid-19 ini tidak merata dengan adil.

Banyak negara miskin yang tidak bisa mencukupi kebutuhan vaksin Covid-19 bagi warganya.

Petinggi di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum lama ini mengatakan tidak cukup bukti untuk menunjukkan bahwa dosis ketiga vaksin Covid-19 diperlukan.

Baca Juga: Vaksinasi Berbayar Mulai Diluncurkan, Pengamat Khawatir Perusahaan Lain Bakal Ikut-ikutan Cari Untung di Kolam yang Sama: Malah Ganggu Vaksin Gotong Royong!

Mengutip Kompas TV dalam jumpa pers yang dilansir Associated Press, Senin (12/7/2021), Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengimbau agar suntikan vaksin Covid-19 itu dibagikan kepada negara-negara miskin yang belum memvaksinasi rakyatnya, alih-alih digunakan oleh negara kaya sebagai suntikan kegita penguat vaksin, atau suntikan booster.

Tedros menambahkan kesenjangan vaksin Covid-19 yang mengerikan di dunia saat ini didorong oleh "keserakahan," ketika ia meminta pembuat vaksin untuk memprioritaskan penyediaan vaksin Covid-19 mereka ke negara-negara miskin daripada melobi negara-negara kaya untuk menggunakan lebih banyak dosis.

Permohonannya datang tepat ketika perusahaan farmasi mencari otorisasi dosis ketiga untuk digunakan sebagai penguat atau booster di beberapa negara Barat, termasuk Amerika Serikat.

"Kita ini sedang membuat pilihan sadar untuk tidak melindungi mereka yang membutuhkan," kata Tedros, seraya menambahkan prioritas utama adalah memvaksinasi orang yang belum menerima bahkan satu dosis pun.

Baca Juga: Sikapnya Kontroversial hingga Tantang WHO dan Dokter di Seluruh Dunia, Inilah Profil Dr. Lois Owien yang Baru-baru Ini Bikin IDI Geram, Diduga Sudah Tak Miliki Status Resmi Dokter

Tedros meminta Pfizer dan Moderna, "Berusaha keras untuk memasok COVAX, Tim Tugas Akuisisi Vaksin Afrika dan negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah dengan cakupan yang sangat sedikit," mengacu pada inisiatif yang didukung oleh PBB untuk mendistribusikan vaksin secara global.

Setelah penurunan jumlah kasus selama 10 minggu untuk kematian global akibat virus corona, Tedros mengatakan jumlah pasien Covid-19 yang meninggal setiap hari mulai meningkat lagi dan varian delta yang sangat menular itu mendorong gelombang kasus yang membawa bencana.

Baik Pfizer dan Moderna sepakat untuk memasok sejumlah kecil vaksin mereka ke COVAX, sementara sebagian besar dosis mereka telah dipesan oleh negara-negara kaya.

Upaya yang didukung oleh PBB tersendat dalam beberapa bulan terakhir, dengan hampir 60 negara miskin terhenti dalam upaya vaksinasi mereka sementara pemasok vaksin terbesar mereka tidak dapat membagikan dosis apa pun hingga akhir tahun.

Pfizer bertemu dengan pejabat tinggi AS pada Senin (12/07/2021) waktu Amerika Serikat, untuk membahas permintan mereka mendapat otorisasi federal untuk dosis booster ketiga.

Pekan lalu, perusahaan pembuat vaksin yaitu Pfizer mengatakan dosis ketiga dapat secara dramatis meningkatkan kekebalan dan mungkin membantu menangkal varian yang mengkhawatirkan.

Baca Juga: Jadi Salah Satu Penyebab Gagal Terima Vaksin, Fenomena Fobia Jarum Suntik Masih Banyak Dialami Masyarakat, Direktur Pusat Studi Psikologi Ubaya Beri Tips Mengatasinya

Inggris juga sedang mempertimbangkan kemungkinan rencana vaksinasi booster di musim gugur, yang kemungkinan akan menargetkan mereka yang berusia di atas 50 tahun dan yang paling rentan.

Tetapi para ahli top WHO membantah perlunya booster pada orang yang sudah mendapat vaksinasi Covid-19 secara lengkap.

"Pada titik ini… tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa suntikan booster benar-benar dibutuhkan," kata Dr. Soumya Swaminathan, kepala ilmuwan WHO.

Swaminathan mengatakan WHO akan membuat rekomendasi tentang dosis booster jika diperlukan, tetapi saran seperti itu harus didasarkan pada ilmu pengetahuan dan data, bukan pada masing-masing perusahaan yang menyatakan vaksin sekarang harus diberikan sebagai dosis booster.

Dr Michael Ryan, kepala kedaruratan WHO, menekankan jika negara-negara kaya memutuskan untuk memberikan suntikan booster daripada menyumbangkannya ke negara berkembang, "Kita akan melihat ke belakang dalam kemarahan dan saya pikir kita akan melihat ke belakang dengan rasa malu."

Dia mengatakan kegagalan untuk meningkatkan kapasitas produksi vaksin, ditambah dengan penolakan negara-negara kaya untuk berbagi suntikan dengan negara-negara miskin, sangat mengecewakan.

Baca Juga: Bakal Dijadikan Syarat Bepergian Selama Pandemi, Pemerintah Wajibkan Masyarakat Cetak Sertifikat Vaksin Lewat Aplikasi PeduliLindungi, Berikut Caranya

"Ini adalah orang-orang yang ingin memiliki kue dan memakannya. Kemudian mereka membuat kue lagi dan mereka ingin memakannya juga."

Beberapa ahli menyebut gagasan suntikan booster "menjijikkan secara moral," mengingat penyebaran eksplosif Covid-19 yang sekarang terlihat di beberapa negara Afrika.

Tom Hart, penjabat CEO kampanye ONE, sebuah kelompok advokasi, mencatat hanya 1% orang di negara-negara miskin yang telah menerima bahkan satu dosis vaksin Covid-19.

"Gagasan bahwa orang yang sehat dan divaksinasi bisa mendapatkan suntikan booster sebelum perawat atau nenek di Afrika Selatan bisa mendapatkan satu suntikan adalah keterlaluan," katanya.

(*)

Source : Associated Press Kompas TV

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x