Dia menuturkan setiap hari, dia bangun dan bertanya-tanya kepada dirinya sendiri mengapa dia masih hidup.
"Apakah saya harus diam saja di rumah dan menunggu seseorang mengetuk dan melamar saya? Apakah ini hidup menjadi perempuan?" keluhnya.
Sementara orangtuanya mengatakan, ibunya dulu buta huruf sehingga ayahnya terus-menerus mengejeknya. Karena itulah, dia tak ingin anaknya seperti ibunya.
Murid putri lain, berusia 16 tahun dan tinggal di ibu kota Kabul mengungkapkan hidupnya kini sangat hampa.
Dia mengaku cita-citanya menjadi dokter. Tetapi, peraturan baru Taliban membuat impiannya tersebut kandas.
"Saya kira mereka tak ingin wanita diedukasi. Bahkan jika mereka membuka sekolah lagi," ujar siswi yang tak disebutkan namanya itu.
Awal pekan ini, milisi mengumumkan perempuan boleh kembali ke universitas. Namun syaratnya harus dipisah dan mengenakan niqab.(*)
Komentar