GridHot.ID -Bangsa Indonesia memiliki tragedi kelam di masa lalu.
Salah satunya tragedi kelam Gerakan 30 September/PKI atau G30S/PKI.
Melansir Kompas.com, pada 30 September 1965 malam higga pagi keesokannya, sebanyak tujuh Perwira TNI dibunuh secara keji.
Tujuh Perwira TNI itu antara lain, Jenderal Ahmad Yani, Mayjen R Soeprapto, Mayjen MT Haryono, Mayjen S. Parman, Brigjend D.I. Panjaitan, Brigjen Sutoyo Siswodiharjo, dan Lettu Pierre Andreas Tendean.
Mereka dituduh akan melakukan makar terhadap Presiden Pertama RI Soekrano melalui Dewan Jenderal.
Jenazah ketujuh perwira itu kemudian dimasukkan ke dalam sumur di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Untuk menghormati jasa dan pengorbanannya, ketujuh perwira itu dianugerahi gelar sebagai pahlawan revolusi.
Kondisi jenazah Jenderal Ahmad Yani
Melansir TribunJatim.com, pengangkatan jenazah dari Lubang Buaya dilaksanakan oleh personel KKO AL di bawah komando Mayjen Hartono.
Proses evakuasi jenazah berlangsung selama berjam-jam.
Mengutip tayangan channel YouTube MTA TV pada Senin (30/9/2019) via Sosok.id, dua orang personel KKO AL yang saat itu diberikan tugas untuk mengevakuasi jenazah, mengurai kesaksiannya.
Kedua personel itu bernamaPelda (Purn) Sugimin dan Pelda (Purn) Evert Julius Ven Kandou.
Diketahui, Sugimin dan Ven Kandou termasuk dari 12 orang yang jadi saksi hidup melihat kekejaman terhadap tujuh perwira TNI AD.
Pada 3 Oktober 1965 sore hari, Sugimin dan Kandou bersama rekan-rekan naik truk menuju Lubang Buaya.
Sesampainya di Lubang Buaya, Sugimin dan Ven Kandoulangsung diperintahkan untuk masuk ke sumur tua tempat dimana tujuh jenazah perwira tinggi TNI AD dibunuh.
Ven Kandau mengatakan, dari jarak 100 meter, bau busuk mayat sudah tercium olehnya.
"Masker anti huru-hara tembus baunya, dari 100 meter kita masuk sudah terasa bau (busuknya) jenazah," ujar Ven Kandou.
"Dua hari setelahnya kami tak bisa makan (gara-gara bau)," tambahnya.
Ven Kandau kemudian mengungkap kondisi jenazah Jenderal Ahmad Yani yang membuatnya prihatin.
Apalagi, menurut Ven Kandou, jenazah Jenderal Ahmad Yani sempat jatuh lagi ke dalam sumur karena tali yang digunakan untuk mengangkat tiba-tiba putus.
"Yang ngenes sekali itu (jenazah) Pak Jenderal Ahmad Yani dan Jenderal Sutoyo ketika ditarik ke atas sudah di mulut sumur talinya putus," kata Ven Kandou.
"Sedih, saya melihat Pak Yani lehernya disayat hampir putus,"sambungnya.
Sugimin juga mengatakan kondisi jenazah Ahmad Yani yang paling memprihatinkan.
"Mungkin Pak Yani diberondong tembakan berkali-kali. Pada waktu (jenazah Ahmad Yani) diangkat, kotoran dari perutnya keluar (sobek akibat berondongan peluru sebelumnya). Jenazah yang lainnya tak ada yang sampai seperti itu," ujar Sugimin.
Diketahui perlu 2-3 jam bagi tim untuk mengangkat semua jenazah keluar dari sumur tua di Lubang Buaya.
(*)