"Itu adalah bahwa mereka memiliki beberapa orang sipil yang membantu dalam fungsi kepolisian," jelasnya.
Downer membuat komentar serupa beberapa minggu kemudian setelah pembantaian di Liquica, di mana puluhan orang tewas.
Profesor Clinton Fernandes di Universitas NSW pada tahun 1999 menjadi analis intelijen utama untuk Timor Leste di Pusat Intelijen Gabungan Teater Australia (ASTJIC) di Sydney.
Dia mengatakan sikap Australia pada saat itu memiliki efek "memberikan perlindungan diplomatik untuk kegiatan militer Indonesia".
"Howard dan Downer berusaha keras untuk membebaskan TNI," katanya.
"Kabel-kabel ini pada dasarnya menegaskan bahwa kebijakan pemerintah Howard adalah mempertahankan Timor di Indonesia. Dan pada akhirnya terpaksa mundur," katanya.
Kabel-kabel Australia pada saat itu menunjukkan bahwa para analis intelijen Australia memiliki banyak bukti pada awal April 1999.
Ini bertentangan dengan apa yang dikatakan Downer bahwa militer Indonesia mempersenjatai unit-unit milisi, dan bahwa hubungan ini mengarah ke puncak angkatan darat, yaitu Panglima TNI Jenderal Wiranto.
Awalnya Australia menghendaki Timor Timur sebagai bagian dari Indonesia, karena mereka tidak mau ada negara kecil yang berdiri di dekat Australia.
Ini akan membebani Australia, sehingga meminta Indonesia untuk mencaplok wilayah itu.
Namun sejak PBB menekan Indonesia, Australia dipaksa menjadi salah satu pasukan perdamaian yang dikirim untuk mengamankan situasi di Timor Leste, bertentangan dengan keinginan awal mereka. (*)
Source | : | Serambinews.com,Sosok.id |
Penulis | : | Desy Kurniasari |
Editor | : | Desy Kurniasari |
Komentar