Gridhot.ID- Istana Kepresidenan Indonesia memang jadi tempat yang sangat dijaga ketat.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, mulai dari upacara nasional sampai pelantikan pejabat semua diadakan di Istana Kepresidenan.
Gaya arsitekturnya yang megah khas pola-pola Yunani membuat Istana Negara memiliki aura tersendiri.
Siapa sangka, Istana Negara yang menjadi 'kantor' orang nomor satu di Indonesia tersebut ternyata menyimpan banyak misteri.
Dikutip Gridhot dari Grid.ID, Ajudan Gus Dur yang bekerja selama 30 tahun di Istana Kepresidenan menyebut bahwa ada pohon keramat hingga suara wanita ketawa tengah malam.
Baru-baru ini, mantan ajudan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gusdur yang bernama Priyo Sambadha membongkar cerita horor saat bertugas di istana kepresidenan.
Dulu, Priyo Sambadha bekerja sebagai staf pribadi Gus Dur yang harus siap melayani orang nomor 1 di RI itu.
Lantas karena tugasnya yang harus melayani Gus Dur setiap waktu membuat sang ajudan terpaksa harus menginap di Istana Kepresidenan.
Awal kisah horor yang bikin merinding dari ajudan Gus Dur ini di mulai.
Ajudan Gus Dur menceritakan bahwa dirinya masuk ke dallam kamar untuk beristirahat selalu di atas jam 12 malam karena harus menemani orang nomor 1 di Ri itu terlelap terlebih dahulu.
Priyo Sambadha menyatakan kalau kamarnya yang berada di Wisma Negara ada di lantai tiga dan kondisinya saat itu sangat lelah usai bekerja, terlebih dia hanya sendirian.
Di Wisma Negara tersebut ada puluhan kamar tetapi tidak ada yang mengisinya, di sana terdapat enam lantai, dan lantai enam berisikan aula.
"Saya juga merinding juga karena banyak cerita, tapi saya capek, saya jalan dari Istana Merdeka kira-kira jaraknya 300 meter," ujar Priyo Sambadha yang dikutip Grid.ID melalui kanal Youtube RJ5, Senin (20/12/2021).
Ia mengatakan bahwa jalan menuju ke Wisma Negara harus melewati pohon keramat.
Bahkan, pohon keramat tersebut disebut-sebut kerap terlihat perempuan bergelantungan sambil tertawa atau menangis.
Saat melewatinya, ajudan Gus Dur itu mengaku selalau berdoa hingga tak berani mendongak ke atas karena adanya pohon keramat tersebut.
"Saya bilang masa iya sih tega nakutin saya, orang capek kerja. Saya lewat memang merinding juga, auranya udah nggak enak banget," tuturnya.
Ajudan Gus Dur itu menceritakan bahwa keadaan saat itu sangatlah sunyi senyap dan bikin merinding.
Lantas, ia pun bersyukur bisa melewati pohon keramat tersebut tanpa adanya kejanggalan dan tiba di depan Wisma Negara.
Usai sampai di Wisma Negara, Priyo Sambadha lantas segera masuk ke lift dan memencet tombol ke lantai yang dituju.
Kejadian horor pun di mulai saat lift tidak menuju lantai yang ditujunya itu.
Bahkan, lift terus melesat ke atas menuju ke lantai paling atas yang disebut-sebut merupakan tempat paling horor.
Meski sudah memencet tombol, lift masih terus melesat ke atas hingga berhenti di lantai 6.
Lantai 6 yang disebut-sebut merupakan tempat paling horor itu terdapat piano hingga gamelan Jawa yang kerap berbunyi sendiri.
Lantas, ajudan Gus Dur keluar dari lift dan mendapati seorang perempuan yang sedang duduk di salah satu meja yang membelakanginya.
"Dia menunduk di atas meja itu, saya bisa lihat tenguknya itu, perempuan rambutnya kuning pirang digelung ke atas dan pakai roknya bagus berenda-renda warna terang," ungkap Priyo.
Meski saat itu kondisi lantai 6 sangat gelap, namun Priyo Sambadha masih dapat melihat sekitar cukup detil karena jarak yang tidak terlalu jauh.
Ia mengatakan bahwa perempuan itu menangis sesenggukan yang membuatnya langsung lemas tak berdaya.
"Yang saya kuatirkan saat itu saya dipaksa untuk menyaksikan itu, dan saya tidak tahu apa yang akan terjadi lagi, itu yang saya takutkan," lanjutnya.
Akan tetapi, hal yang ia khawatirkan malah terjadi, tak begitu lama perempuan itu bangun dari mejanya dan perlahan menengok ke arah Priyo diiringi suara tangisan.
"Dan seingat saya dia menoleh nggak sama badannya, menolah hanya kepalanya, saya saksikan dia mengusap air matanya dengan anggun, wajahnya cantik sekali, tipikal bule putih Eropa," terang ajudan Gus Dur.
Akhirnya perempuan itu melihat ke arah matanya dan Priyo merasa ingin pingsan, tetapi senyum perempuan tersebut sangat manis dan cantik.
"Hanya setelah tersenyum sepersekian detik itu pintu lift menutup turun, dan terbuka di lantai tiga," pungkasnya.
(*)