Gridhot.ID - Ponari di tahun 2000-an sangat dikenal masyarakat luas.
Dikutip Gridhot dari Grid.ID, Ponari dahulu merupakan seorang dukun cilik yang viral berkat batu ajaibnya.
Dahulu, air yang sudah dicelupkan batu Ponari disebut-sebut bisa menyembuhkan berbagai penyakit.
Belasan tahun berlalu, kehidupan ponari kini berubah drastis.
Baru-baru ini, dia memberi kabar terbaru setelah lama tidak muncul di televisi, dilansir YouTube Ric snt, Rabu (29/6/2022).
Dikutip Gridhot dari Tribunnews Maker, Ponari tidak menampik apabila ia dulu dijuliki sebagai dukun ajaib.
"Anak eh glodok, anak petir, batu ajaib," kata Ponari saat ditemui di Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Meski demikian, Ponari tidak masalah dirinya kini masih disebut dukun.
"Yah nggak apa-apa, udah terbiasa," jelasnya.
Ponari lantas mengaku kalau awalnya ia sempat kaget didatangi banyak orang.
"Yah kaget ya berobat paling jauh dari Singapura, Merauke seluruh indonesia," jelasnya.
Banyak tetangganya bingung saat dirinya tengah viral.
Bahkan Ponari menyebut ada yang mau membeli batunya seharga 1 miliar.
"Pernah satu miliar, tapi tidak dijual," katanya.
Penghasilan Fantastis Jadi Dukun
Ponari lalu mengatakan betapa ia jaya ketika dijuluki dukun.
Sebab, saat itu penghasilannya bisa mencapai 100 juta lebih sehari.
Selain itu Ponari pernah ditawari rumah dari orang Jakarta.
"Pernah nggak ambil," jelasnya.
Namun, karier perdukunnannya redup mulai tahun 2011.
"2011 mulai sepi," kata Ponari.
Setelah redup Ponari sempat kerja di pabrik dan penghasilannya pun jauh menurun.
"Kerja di tripek dibayar Rp 23 ribu. Kerja borongan, 3 hari dapat sekitar 300 ribuan' ujarnya
Saat ini Ponari jencoba untuk berkecimpung di bidang stand up comedy.
Diakuinya, ia yang dulu pernah punya uang banyak justru sering tertipu.
Nasibnya pun berbeda kini, di mana dirinya sekarang tak punya banyak uang karena tak bisa mengatur keuangan dengan baik.
(*)
Source | : | Grid.ID,Tribunnews Maker |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar