"Bharada E pasti sudah diperiksa oleh penyidik maupun tim khusus yang dibentuk Kapolri. Kenapa? Keterangan dia bilang membela diri lalu menembak lima kali dari siapa kalau bukan keterangan saksi. Cuma oleh polisi tidak dipublis. Karena itu dianggap bisa mengganggu jalannya penyidikan. Itu lucunya. Alasannya kan sering begitu polisi," terang Aryanto.
Menurut Aryanto, nalar publik sudah meyakini bahwa Bharada E lebih sakti. Padahal jenderal saja sudah dinonaktifkan.
Namun, sampai saat ini status Bharada E belum jelas.
"Saya mendengar jika Kapolres Jakarta Selatan itu dinonaktifkan karena ada kekeliruan saat olah TKP. Tiga perwira itu nonaktif untuk menghilangkan hambatan psikologis. Namun, kalau Bhadara E mau dinonaktifkan atau mau dipecat enggak ada pengaruhnya terhadap penyidikan ini," Aryanto menjelaskan.
Senior Irjen Ferdy Sambo yang ikut bilang Bharada E sakti adalah mantan Kepala Densus 88 Antiteror Polri Irjen (Purn) Bekto Suprapto.
Melansir FotoKita.net, senada dengan Aryanto, jenderal bintang 2 itu mengkritisi perlakuan istimewa polisi terhadap Bharada Richard Eliezer Pudihang Lumiu.
Sementara sudah dua perwira tinggi dan satu perwira menengah dinonaktifkan dari jabatannya.
Mereka adalah Irjen Pol Ferdy Sambo, Brigjen Pol Hendra Kurniawan dan Kombes Pol Budhi Herdi Susianto.
"Bharada E ini terkesan sebagai sosok yang paling menarik perhatian. Bahkan tokoh yang paling kuat. Paling sakti. Dianggap melebihi jenderal kekuatannya," kata Bekto Suprapto.
Belum cukup jenderal bintang 2 yang bicara.
Senior Irjen Ferdy Sambo yang pensiun dengan 3 bintang di bahu ikut bilang Bharada E sakti.