Latihan militer itu sendiri disebut sebagai bentuk protes China atas kedatangan Ketua DPR AS, Nancy Pelosi ke Taiwan awal bulan ini.
"China telah terlalu reaktif, dan aksinya berlanjut menjadi begitu provokatif, tak stabil dan belum pernah terjadi sebelumnya," tutur Campbell dikutip dari Newsweek.
"China meluncurkan rudal ke perairan sekitar Taiwan. Itu dinyatakan sebagai zona eksklusif di sekitar Taiwan yang mengganggu lalu lintas sipil, udara dan maritim," tambahnya.
Campbell mengatakan China mengabaikan garis tengah yang telah lama berdiri memishkan Taiwan dan China.
Sebagai tanggapan, ia mengungkapkan Presiden Biden telah mengarahkan kapal induk USS Ronald Reagan untuk ditempatkan di Laut Filipina, sebelah timur Taiwan.
Meski begitu, Campbell menegaskan AS tetap berkomitmen pada kebijakan satu China, dan terus memenuhi kewajibannya yang diatur dalam Undang-Undang Hubungan Taiwan 1979, yang termasuk mendukung pertahanan pulau itu.
“Kami menentang setiap perubahan sepihak terhadap status quo dari kedua belah pihak dan kami tak mendukung kemerdekaan Taiwan,” katanya.
“Kami berharap perbedaan lintas-Selat bisa diselesaikan dengan cara damai,” lanjut Campbell.
Mengutip alarabiya.net, Kementerian Luar Negeri Taiwan menyatakan "terima kasih yang tulus" kepada Amerika Serikat karena mengambil "tindakan nyata" untuk menjaga keamanan dan perdamaian di Selat Taiwan dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu (13/8/2022).
Pernyataan kementerian luar negeri mengatakan bahwa “intimidasi militer dan ekonomi” China telah “lebih memperkuat persatuan dan ketahanan kubu demokrasi global”.
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan pada hari Kamis bahwa ancaman kekuatan China tidak berkurang.
Meskipun latihan militer terbesar Beijing di sekitar pulau itu setelah kunjungan Pelosi minggu lalu tampaknya akan berkurang. (*)
Source | : | Kompas TV,dw.com,alarabiya.net |
Penulis | : | Siti Nur Qasanah |
Editor | : | Siti Nur Qasanah |
Komentar