Setelah arahannya dimengerti Kuat Maruf, Bripka RR, Bharada E, Putri Candrawathi diminta menggiring Bharada E ke rumah dinas.
Selang beberapa menit, Ferdy Sambo keluar dari rumah Jalan Saguling III menjalankan skenarionya dengan pergi ke tempat lain dikawal patwal, bukan ke rumah dinas.
Di sini Ferdy Sambo memerankan aktor yang berpura-pura menerima telepon dari Putri Candrawathi setelah dilecehkan Brigadir J.
"Itu dia skenario kan. Sebetulnya memang dia akan ke TKP untuk melakukan eksekusi terhadap Yosua," imbuh Taufan.
Setelah masuk ke rumah dinas, Ferdy Sambo memanggil para ajudannya termasuk Brigadir J di ruang tamu. Sementara Putri Candrawathi ada di dalam kamar.
Atas perintah Ferdy Sambo, Bharada E menutup wajahnya saat menembak Brigadir J di ruang tamu, menggunakan Glock 17. Dua dari lima peluru di tubuh Brigadir J berasal dari pistol HS-9 milik Brigadir J yang ditembakkan oleh Ferdy Sambo.
Peluru-peluru di dua pistol itu diisi atas perintah Ferdy Sambo, demikian pengakuan Bharada E kepada Komnas HAM. Tapi Ferdy Sambo tak terbuka telah ikut menembak Brigadir J.
"Kami periksa Richard, dia mengakui bahwa Pak FS (Ferdy Sambo, red) melakukan tembakan. Dua tembakan ke Yosua," ucap Taufan.
Soal ada bekas tembakan di dinding seolah ada tembak-menembak Brigadir J dan Bharada E, skenarionya dibuat Ferdy Sambo.
"Itu dia akui (Ferdy Sambo) yang lakukan," ia menegaskan.
Komnas HAM meyakini Ferdy Sambo ikut menembak, melihat arah peluru di tubuh Brigadir J datang dari sudut berbeda.