"Saya belum melihat wartawan lain, kami dari Tribun Jambi datang ke lokasi pemakaman hingga rumah duka menggunakan mobil kantor yang bertulis Tribun Jambi," ujar Sulistiono.
Sulistino mengatakan saat tim redaksi Tribun Jambi datang ke rumah duka, banyak sekali orang-orang yang memotret kehadiran mereka.
"Banyak yang memotret kami, ada yang ingin selfie-lah, tapi ada juga polisi yang memfoto kami," ujar Sulistiono.
Setelah itu Sulistiono kembali ke kantor Tribun Jambi.
Namun tiba-tiba pukul 19.00 WIB, Aryo Tondang mendapat telefon dari Bibi Brigadir J.
"Bibi Brigadir J, Ibu Rohani ini menelfon saya untuk balik ke rumah duka, karena banyak sekali polisi yang mengepung rumahnya, lalu saya katakan coba divideo itu dulu karena saya sudah di kota Jambi, lalu Ibu Rohani mengirim video ke saya," ujar Aryo.
Mengutip Tribunjateng.com, Sulistiono lalu menerbitkan berita dengan redaksi "Polisi Tewas Ditembak."
Sulistiono mengatakan hanya Tribun Jambi yang menulis dengan judul seperti itu karena kabar dari kepolisian adalah isu ada polisi tembak menembak.
Sulistiono memastikan setelah pemakaman Brigadir J, hanya Tribun Jambi yang memuat berita di rumah duka hingga pemakaman.
Aryo Tondang mengatakan, Ibu Rohani menceritakan kejadian ketika malam dikepung polisi.
"Ibu Rohani menceritakan saat itu Brigjen Hendra Kurniawan datang ke rumah duka tanpa melepas alas sepatu, lalu seluruh jendela ditutup gorden, seolah disterilkan, dan menceritakan kronologi tewasnya Brigadir J seperti siaran Kompolnas, Ibu Rohani saat itu protes karena tidak ada rekaman CCTV," ujarnya.